Gelombang panas di Jepang telah membunuh 65 warga dalam satu minggu. Pemerintah mengatakan bahwa cuaca ekstrem ini masuk sebagai kategori ‘bencana alam’.
Fire and Disaster Management Agency Jepang melaporkan, selain 65 korban meninggal, 22.647 lainnya harus dirawat di rumah sakit.
Di antara mereka yang tewas, ada anak sekolah berusia enam tahun yang kehilangan kesadaran saat perjalanan pulang dari karyawisata.
“Karena gelombang panas terus menghantui negara, tindakan mendesak diperlukan untuk melindungi anak-anak ini,” kata Yoshihide Suga, juru bicara pemerintah Jepang.
Baca juga: Perubahan Iklim: Separuh Populasi Tumbuhan dan Satwa Punah Pada 2100
Pemerintah mengatakan, mereka akan memberikan dana untuk memastikan semua sekolah dilengkapi dengan AC pada musim panas mendatang. Rata-rata, sekolah di Jepang tidak memiliki AC.
Suga menambahkan, pemerintah juga akan mempertimbangkan untuk memperpanjang libur sekolah selama gelombang panas berlangsung.
Pada Senin lalu, kota Kumagaya, prefektur Saitama, mencatat rekor panas terbaru, dengan suhu 41,1 derajat celsius. Ini pertama kalinya suhu lebih dari 40 derajat celsius tercatat di wilayah metro Tokyo.
Pada Selasa, suhu agak lebih dingin, dengan 36 derajat celsius. Meski begitu, suhunya masih melebihi batas normal. “Gelombang panas ini sangat fatal dan kami menganggapnya sebagai bencana alam,” kata Motoaki Takekawa, agen cuaca resmi Jepang.
Ia memperingatkan bahwa sebagian besar negara akan terus ‘terpanggang’ suhu 35 derajat celsius atau lebih tinggi hingga awal Agustus.
Pemerintah telah mendesak penduduk untuk menggunakan AC, minum air yang banyak, dan istirahat cukup.
Baca juga: Serigala Chernobyl Sebarkan Mutasi Genetik Akibat Radiasi Nuklir?
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR