Penduduk Afrika sering menyebut anggota suku Samburu sebagai “kupu-kupu”. Ini karena hiasan warna-warni di tubuh mereka.
“Saya selalu berpikir nama Samburu lebih mengacu kepada cara mereka bermetamorfosis ke tahap baru kehidupan. Mereka berkembang dari anak-anak menjadi pejuang (moran), lalu tetua (mzee),” papar Chancellor.
Bagi orang-orang Samburu, kehidupan alam liar sangat suci. Mereka tidak dapat menikah tanpa kotoran gajah dan singa menjadi simbol kekuatan dalam budaya Samburu. Mereka yakin jika ada singa, maka kekeringan tidak akan terjadi.
Baca juga: Kematian 323 Rusa Akibat Tersambar Petir Ubah Bentang Alam Norwegia
Suku Samburu percaya bahwa mereka berasal dari tempat yang sama dengan satwa liar. Beberapa keluarga menjadi bagian dari gajah, sementara yang lainnya mengikuti keluarga singa.
Anggota keluarga singa tidak boleh memburu singa. Begitu pula keluarga gajah yang tidak bisa memburu hewan besar tersebut.
Bagaimana Sambura memperlakukan satwa liar memiliki arti penting bagi kita semua. Tanpa adanya dukungan dari orang-orang yang hidup di sekitar alam liar, harapan untuk melestarikan wilayah tersebut sangat kecil. Namun, dengan adanya orang-orang Samburu, ada ruang untuk konservasi dan mungkin transformasi secara global.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Source | : | David Chancellor/National Geographic |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR