Nationalgeographic.co.id - Pada penelian sebelumnya, para ahli melaporkan jika air asin yang berada di bawah permukaan Mars, dapat menampung oksigen yang cukup untuk mendukung jenis kehidupan mikroba miliaran tahun lalu.
Gagasan tersebut semakin diperkuat dengan temuan yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Geosciences pada Rabu (24/10/2018). Dalam laporannya, para ahli menyebutkan bahwa jumlah oksigen yang tersedia hanya cukup untuk mikroba atau hewan sederhana seperti spons laut.
"Kami menemukan bahwa air asin dengan konsentrasi garam tinggi (di Mars) dapat mengandung oksigen yang cukup untuk membuat mikroba hidup," ucap Vlada Stamenkovi seorang penulis utama penelitian tersebut dan fisikawan teoritis di Jet Propulsion Laboratory, California, Amerika Serikat.
"Hal ini sepenuhnya mengubah pemahaman kita tentang potensi kehidupan di Mars, hari ini dan masa lalu," tambahnya.
Baca Juga : Menjaga Benteng Terakhir Harimau Sumatra di Bukit Barisan Selatan
Sebelum penelitian tersebut terbit, para ahli beranggapan bahwa jumlah jejak oksigen di Mars tidak cukup untuk mempertahankan kehidupan mikroba.
"Kami tidak pernah berpikir bahwa oksigen dapat memainkan peran untuk kehidupan di Mars. Pasalnya hanya ada sedikit oksigen di atmosfer, sekitar 0,14 persen," ucap Stamenkovi.
Untuk perbandingan, gas yang mendukung kehidupan membentuk 21 persen udara yang dihirup
Sama seperti di Mars, dasar samudera Bumi dengan mata air panas dan minum oksigen juga hidup mikroba.
"Itu sebabnya, setiap kali kami memikirkan kehidupan di Mars, kami mempelajari potensi kehidupan anaerobik," ucap Stamenkovi.
Penelitian terbaru ini dikembangkan dari data robot penjelajah Curiosity milik NASA yang menemukan oksida mangan di sana. Senyawa kimia ini hanya bisa diproduksi dengan banyak oksigen.
Kandungan garam yang tinggi memungkinkan air untuk tetap cair, suatu kondisi diperlukan untuk oksigen yang akan dilarutkan. Pada suhu yang lebih rendah, air asin menjadi tempat favorit bagi mikroba.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Kompas.com,newsweek,Scientific American |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR