Nationalgeographic.co.id – Sebelum kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Jakarta telah menjadi pusat pemerintahan di bawah naungan Hindia Belanda. Sebab itu, Jakarta menyimpan begitu banyak sejarah tentang kemerdekaan Indonesia.
Jejak perjuangan tersebut dapat disaksikan hingga saat ini. Salah satunya, melalui bangunan dan landmark di Kota Jakarta.
Sebut saja bangunan bersejarah populer seperti Monumen Nasional (Monas), Tugu Pancasila, hingga Museum Fatahillah yang menyimpan sisa-sisa jejak kehidupan bangsa Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan.
Pada usia yang ke-76, Indonesia kembali memiliki landmark baru yang menggambarkan semangat kebangsaan di era modern. Landmark tersebut adalah Jakarta International Stadium (JIS).
Baca Juga: Menyongsong Usia ke-500, Jakarta Punya Lanskap Kota Baru Bertaraf Internasional
Saat ini, stadion megah yang terletak di Tanjung Priok, Jakarta Utara tersebut masih dalam tahap pembangunan. Namun, stadion tersebut akan diresmikan dan dibuka pada Desember 2021.
Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Anies Baswedan mengatakan, pembangunan JIS merupakan wujud semangat kebangsaan dalam membangun Indonesia.
“Kita harus ingat bahwa stadion baru ini bukan hanya sebuah bangunan, tetapi cermin sebuah perjuangan panjang, semangat kebangsaan, dan akan memberi manfaat bagi kita bersama,” ujar Anies saat ditemui oleh Tim National Geographic Indonesia dalam seremoni pengangkatan atap JIS, Rabu (16/6/2021).
Sebagai informasi, konsep pembangunan dan desain JIS telah dirancang sejak 2010 oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Namun, proyek tersebut baru terealisasi pada 2019 saat DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan.
Baca Juga: Jakarta International Stadium Jadi Wujud Semangat MH Thamrin di Era Modern
Dibuat untuk memenuhi kebutuhan fasilitas olahraga berstandar nasional, khususnya olahraga sepakbola, Anies berharap JIS dapat menjadi ikon Jakarta yang mendunia.
“Kami membangun stadion bertaraf internasional yang bisa menampung 82.000 penonton dan harapannya (stadion) ini (juga akan) jadi ikon Jakarta,” imbuh Anies.
Namun, meski dibangun sebagai fasilitas olahraga, JIS mengusung konsep “Stadion Kita”. Artinya, beragam fasilitas yang tersedia di JIS dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat umum.
Selain digunakan untuk kegiatan olahraga, JIS juga dapat digunakan untuk kegiatan massal, seperti kegiatan sosial budaya, pertunjukkan musik, hingga eksibisi.
“Kami berharap stadion ini tidak hanya sekedar untuk pertandingan sepak bola, lebih dari sekedar kegiatan-kegiatan massal, tetapi untuk membuat warga Jakarta memiliki rasa kebersamaan,” ujar Anies.
Baca Juga: Kota Jakarta Memiliki Permakaman Umum Modern Tertua Sejagat
Selain itu, kehadiran JIS juga diharapkan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat, khususnya yang berada di sekitar lokasi stadion.
JIS juga akan menjadi sarana pendukung bagi Indonesia yang kini tengah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 pada 2023.
Keberhasilan menghelat gelaran tersebut, diharapkan dapat membangkitkan nasionalisme dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Memadukan konsep futuristik dan kearifan lokal
Ada satu hal yang menjadi daya tarik utama stadion ini, yaitu bagian atap yang dibuat dengan mekanisme buka-tutup (retractable roof).
Baca Juga: Misteri Hilangnya Lukisan Karya Kartini Saat Pusaran Geger 1965
Desain atap futuristik tersebut menjadi satu-satunya yang ada di Indonesia. Bahkan, dikabarkan akan masuk ke daftar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Saat ditemui dalam kesempatan terpisah, Manager Konstruksi JIS M Rizki Fauzi Sentosa mengatakan, konstruksi pada atap JIS menggunakan baja seamless atau tanpa sambungan dengan berat total mencapai 3.900 ton.
Baja seamless disusun untuk membentuk struktur utama dan struktur ruang dengan bentang mencapai 267 meter.
Menurut Rizki, desain dan konstruksi yang kompleks membuat proses pengangkatan atau lifting atap JIS harus dilakukan dengan cermat. Diperlukan pengecekan ketat terhadap segmen dan peralatan untuk memastikan proses lifting berjalan lancar dan aman.
Baca Juga: Kisah Awal Batavia dalam Dagang dan Konflik Politik Antarkuasa
“Setelah persiapan-persiapan itu, dilakukan stressing cable pre-stress dengan tujuan meningkatkan kekuatan struktur rangka baja. Setelah kekuatan didapat, dilanjutkan dengan proses trial lifting terlebih dulu,” jelas Rizki.
Proses lifting pun memakan waktu hingga 14 hari. Namun, proses lifting berhasil diselesaikan pada akhir Juli 2021.
Selain desain atap yang menawan, JIS juga menyediakan fasilitas Sky Viewing Deck di permukaan atap. Masyarakat yang berkunjung dapat menikmati pemandangan kota Jakarta dari deck tersebut.
Dengan panjang lapangan 68 meter dan lebar 105 meter, pemandangan lapangan JIS dapat dilihat dengan baik dari segala sudut. Lapangan tersebut juga ditanami rumput hibrida, yaitu campuran rumput alami dan sintetis sehingga daya pakainya lebih lama.
Baca Juga: Peta Baru Ungkap Lahan Sawit Terluas Ada di Sumatra dan Kalimantan
Dari segi arsitektur, bangunan JIS dirancang sebagai stadion berstandar internasional yang berpadu dengan nilai budaya lokal Kota Jakarta, yakni budaya Betawi.
Bentuk sekeliling stadion terinspirasi dari bentuk dasar liskol, ikat kepala pakaian adat Betawi yang melingkar. Sementara, bagian fasad atau kulit luar bangunan didesain dengan plat metal perforasi dengan pola yang berlubang.
Namun, pola lubang itu tidak dibuat asal-asalan. Motif lubang dibuat menyerupai loreng macan yang terinspirasi dari Macan Kemayoran—julukan yang juga merupakan identitas Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta (Persija).
Area luar stadion pun dirancang sebagai taman publik yang bernuansa hijau dan memiliki akses pengunjung yang mudah. Terdapat akses transportasi umum, jalur dan parkir sepeda, hingga fasilitas pemandu dan ramp bagi masyarakat difabel.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Panduan Beribadah dan Merayakan Hari Kemerdekaan pada Masa PPKM
Stadion bersertifikat Greenship Platinum pertama di Asia
Tidak hanya dibangun dengan konsep modern yang megah, JIS juga dibangun dengan konsep hijau yang berkelanjutan (sustainable). Tujuannya, agar JIS membawa dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi di sekitar stadion.
Konsep tersebut mengantar JIS menjadi stadion pertama di Asia yang memperoleh sertifikasi Greenship Platinum.
Direktur Utama Jakpro Dwi Wahyu Daryoto mengatakan, JIS telah mendapatkan sertifikasi Greenship Platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI).
“JIS menjadi stadion di Asia pertama yang mendapatkan sertifikasi itu,” kata Dwi saat ditemui oleh Tim National Geographic Indonesia dalam kesempatan yang sama.
Baca Juga: Apakah Kita Mengingat Pelajaran Berharga Setelah Pagebluk Berlalu?
Konsep green building pada JIS terwujud dalam bangunan yang didesain untuk meminimalisasi nilai overall thermal transfer value (OTTV). Sebagai informasi, OTTV merupakan suatu nilai perpindahan panas dari luar ke dalam melalui selubung bangunan.
Semakin rendah nilai OTTV dari suatu bangunan, maka semakin rendah pula panas yang masuk ke dalam bangunan sehingga suhu kenyamanan di dalam tetap terjaga meski tanpa penyejuk ruangan.
“Penghematan energi (JIS) didapat salah satu diantaranya dengan nilai OTTV JIS yang hanya mencapai 26,60 W/m2 dari standar maksimum nasional 35 W/m2,” jelas Dwi.
Selain itu, JIS juga menerapkan sistem drainase zero run-off, di mana limpasan air hujan di dalam kawasan JIS tidak akan membanjiri lingkungan sekitar.
“Sistem zero run-off adalah komitmen yang memiliki dedikasi sangat tinggi terhadap kualitas lingkungan menjadi poin sangat penting dalam mencapai (sertifikasi) Greenship Platinum,” kata Dwi.
Sistem pengelolaan air di JIS juga akan menerapkan konsep water conservation untuk menghemat penggunaan air. Seluruh wastafel, kran tembok, dan shower di JIS akan dilengkapi dengan fitur autostop.
Dengan konsep hijau berkelanjutan yang dipadukan dengan desain futuristik dan kearifan lokal, diharapkan JIS dapat menjadi salah satu ikon arsitektur Indonesia dan menjadi kebanggaan negara di mata dunia.