Nationalgeographic.co.id—Harem Kekaisaran Tiongkok, subjek yang diselimuti misteri dan intrik, telah lama memesona para sejarawan, cendekiawan, dan pembaca. Harem di Kekaisaran Tiongkok sering dianggap hanya sebagai tempat tinggal permaisuri dan selir kaisar.
Namun harem sebenarnya merupakan mikrokosmos kompleks yang berisi kekuasaan, pengaruh, dan makna budaya.
Harem Kekaisaran Tiongkok bukan hanya tentang kemewahan semata. Di harem, politik dan hubungan pribadi saling terkait. Perempuan dari berbagai latar belakang berkumpul di bawah satu atap dan tempat di mana pewaris takhta di masa depan dibesarkan.
Memahami Harem Kekaisaran Tiongkok sangat penting untuk memahami konteks masyarakat Tiongkok Kuno. Pasalnya, harem adalah bagian penting dari istana kekaisaran dan memiliki pengaruh besar terhadap keputusan kaisar.
Kapan harem Kekaisaran Tiongkok mulai terbentuk?
Harem Kekaisaran Tiongkok Kuno berakar kuat pada periode dinasti. Mulai dari awal Dinasti Qin pada tahun 221 SM hingga akhir Dinasti Qing pada tahun 1912 M.
Setiap dinasti memiliki ciri khas dan norma masyarakatnya masing-masing, yang tercermin dalam struktur dan fungsi harem.
Harem bukanlah institusi yang statis. Sebaliknya, harem berevolusi seiring berjalannya waktu, beradaptasi dengan perubahan lanskap politik, sosial, dan budaya pada periode dinasti yang berbeda.
Mengutip dari laman History Skills, “Pada awal dinasti, seperti Han dan Tang, harem relatif kecil dan mudah dikelola.”
Permaisuri dan selir kaisar sebagian besar berasal dari keluarga bangsawan. Saat itu, peran utama mereka adalah melahirkan dan membesarkan anak-anak kaisar.
Namun, seiring berkembangnya dinasti, harem bertambah besar dan kompleks. Pada masa Dinasti Ming dan Qing, harem menjadi institusi yang luas dan rumit, menampung ratusan, terkadang ribuan, wanita. Termasuk istri kaisar, selir, kerabat wanita, dan sejumlah besar kasim dan pelayan perempuan.
Baca Juga: Chang'an, Ibu Kota Terpenting dan Terbesar di Kekaisaran Tiongkok
Hierarki harem di Kekaisaran Tiongkok
Istilah harem berasal dari kata Arab "haram", yang berarti terlarang atau suci.
Dalam konteks Tiongkok Kuno, harem mengacu pada tempat tinggal pribadi kaisar, tempat tinggal permaisuri, selir, dan kerabat perempuannya.
Harem adalah tempat yang terlarang bagi kebanyakan pria, kecuali kaisar dan kasim yang bertugas di dalamnya.
Harem kekaisaran bukan hanya ruang fisik; itu adalah institusi yang kompleks dengan hierarki, aturan, dan adat istiadatnya sendiri.
Di puncak hierarki ini adalah kaisar, diikuti oleh permaisuri, yang merupakan istri resmi kaisar. Permaisuri memegang pangkat tertinggi di antara wanita di harem. Permaisuri sering kali dipilih dari keluarga bangsawan dan diharapkan melahirkan pewaris kaisar. Dia juga memainkan peran penting dalam mengelola harem dan menjaga ketertiban di dalam temboknya.
Di bawah permaisuri adalah selir kekaisaran, yang diberi peringkat berdasarkan sistem gelar dan pangkat yang kompleks.
Peringkat ini tidak statis. Peringkat di harem dapat berubah berdasarkan keinginan kaisar, kelahiran anak laki-laki, atau pengaruh keluarga perempuan.
Para selir terutama bertanggung jawab melahirkan anak-anak kaisar. Namun mereka juga berperan dalam kehidupan sosial dan budaya harem.
Selain permaisuri dan selir kaisar, harem juga menampung kerabat perempuan kaisar, seperti ibu, saudara perempuan, dan putrinya.
Perempuan-perempuan ini sering kali mempunyai pengaruh besar dalam harem. Mereka juga berperan dalam dinamika kekuasaan istana Kekaisaran Tiongkok.
Baca Juga: Pasang Surut Shaolin dan Biksu Legendarisnya di Kekaisaran Tiongkok
Harem juga merupakan rumah bagi sejumlah besar kasim dan pelayan perempuan. Mereka semua bertanggung jawab atas pemeliharaan harem sehari-hari dan melayani para wanita di dalamnya.
Kasim, khususnya, memainkan peran penting dalam berfungsinya harem. Karena mereka adalah laki-laki yang dikebiri, mereka dianggap “aman” untuk bertugas di harem.
Seiring berjalannya waktu, beberapa kasim memperoleh kekuasaan dan pengaruh yang signifikan. Mereka bahkan bertindak sebagai perantara antara perempuan di harem dan dunia luar.
Seperti apa rasanya tinggal di dalam harem Kekaisaran Tiongkok?
Kehidupan di dalam harem Kekaisaran Tiongkok bak sebuah dunia lain, diatur oleh aturan, ritual, dan hierarki yang ketat. Terlepas dari persepsi umum tentang kehidupan yang mewah dan santai, kenyataannya sering kali jauh lebih kompleks dan menantang.
Rutinitas sehari-hari para wanita di harem disusun dengan cermat. Mereka bangun pagi-pagi untuk melakukan ritual pagi, yang sering kali mencakup persembahan kepada leluhur dan dewa.
Dilanjutkan dengan sarapan pagi, setelah itu mereka akan melakukan berbagai kegiatan seperti membaca, menulis, menyulam, musik, dan menari.
Kegiatan-kegiatan ini bukan sekadar hiburan. Aktivitas tersebut adalah bagian dari pendidikan dan pelatihan perempuan. Semua itu bertujuan untuk menyempurnakan perilaku, mengembangkan bakat, dan mempersiapkan mereka untuk perannya dalam harem dan istana.
Meskipun terdapat banyak wanita di harem, perhatian kaisar sering kali terbatas pada segelintir orang saja. Banyak selir yang menghabiskan hari-harinya menunggu panggilan dari kaisar, yang mungkin jarang atau tidak datang sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan kehidupan terisolasi dan kesepian bagi banyak perempuan di harem.
Interaksi sosial dalam harem diatur oleh aturan etiket dan hierarki yang ketat. Para perempuan diharapkan menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang berpangkat lebih tinggi. Mereka sering kali berhati-hati dalam berinteraksi agar tidak menyinggung siapa pun atau menarik perhatian yang tidak diinginkan.
Persahabatan dan aliansi dapat dibentuk, namun sering kali dibayangi oleh persaingan demi kepentingan kaisar.
Baca Juga: Imperialisme Inggris di Kekaisaran Tiongkok selama Era Dinasti Qing
Bagaimana harem mempengaruhi politik kekuasaan di Kekaisaran Tiongkok?
“Harem Kekaisaran Tiongkok memainkan peran penting dalam lanskap politik Tiongkok Kuno,” dikutip dari laman History Skills.
Harem bukan hanya tempat kelahiran kaisar masa depan; wilayah ini juga merupakan pusat aktivitas politik. Di harem aliansi terbentuk. Penghuninya mampu memengaruhi keputusan sang kaisar.
Para wanita harem, khususnya yang berpangkat lebih tinggi, pendapatnya sangat dihargai oleh kaisar. Mereka dapat menggunakan pengaruhnya untuk memengaruhi keputusan kaisar. Mulai dari masalah kekaisaran, mengangkat sekutu ke posisi penting, atau melemahkan saingannya.
Pengaruh ini tidak selalu terlihat jelas. Sering kali tindakan ini berbentuk persuasi halus, manipulasi, atau penggunaan informasi secara strategis.
Harem juga merupakan tempat terbentuknya aliansi politik. Keluarga permaisuri dan selir kaisar sering kali menggunakan koneksi mereka untuk mendapatkan dukungan dan kekuasaan politik.
Permaisuri atau selir berpangkat tinggi dapat mengamankan posisi penting bagi kerabatnya. Hal ini bisa meningkatkan pengaruh keluarganya di istana.
Peran harem dalam politik tidak selalu positif. Harem bisa menjadi sarang intrik dan perebutan kekuasaan, terutama pada saat ketidakstabilan politik atau krisis suksesi.
Faksi-faksi yang bersaing akan bersaing untuk mendapatkan dukungan kaisar. Persaingan itu pun mengarah pada persekongkolan, konspirasi, dan bahkan kekerasan. Perebutan kekuasaan ini dapat meluas ke istana dan menyebabkan ketidakstabilan politik yang lebih luas.
Bagaimana sistem harem Kekaisaran Tiongkok berakhir?
Harem Kekaisaran Tiongkok, yang pernah menjadi institusi kuat di jantung kekaisaran, mulai mengalami kemunduran pada akhir Dinasti Qing.
Penurunan dan penghapusan ini merupakan hasil kombinasi faktor internal dan eksternal. Termasuk ketidakstabilan politik, perubahan masyarakat, dan pengaruh gagasan Barat. Ketidakstabilan politik pada akhir Dinasti Qing, yang ditandai dengan korupsi, pemberontakan, dan invasi asing, melemahkan kekuasaan istana dan harem.
Harem menjadi sarang intrik dan perebutan kekuasaan, yang semakin merusak stabilitas dan reputasinya. Gaya hidup harem yang boros, berbeda dengan kesulitan yang dihadapi masyarakat umum. Hal itu menimbulkan kritik dan kebencian publik.
Perubahan masyarakat juga berperan dalam kemunduran harem. Cita-cita Konfusianisme yang menjunjung tinggi sistem harem mulai dipertanyakan. Semakin banyak kritik terhadap perlakuan terhadap perempuan di harem.
Gerakan hak-hak perempuan, yang muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Gerakan itu menantang peran tradisional perempuan dan mengadvokasi hak-hak mereka atas pendidikan dan penentuan nasib sendiri. Pengaruh nilai-nilai Barat yang dibawa oleh misionaris, diplomat, dan pedagang juga berkontribusi terhadap kemunduran harem di Kekaisaran Tiongkok. Ide-ide ini, yang menekankan hak-hak individu dan kesetaraan gender, sangat kontras dengan sistem harem yang patriarki dan hierarkis.
Pemaparan terhadap ide-ide ini menyebabkan evaluasi ulang terhadap sistem harem dan posisinya di Tiongkok yang sedang mengalami modernisasi. Penghapusan harem terjadi dengan jatuhnya Dinasti Qing dan berdirinya Republik Tiongkok pada tahun 1912.
Republik baru, yang dipengaruhi oleh ide-ide Barat dan berupaya memodernisasi Tiongkok, menolak institusi tradisional era kekaisaran, termasuk harem. Para wanita harem diberi uang pensiun dan diizinkan meninggalkan Kota Terlarang. Hal itu menandai berakhirnya institusi yang telah berusia berabad-abad di Tiongkok.