Nationalgeographic.co.id – Bahaya sampah plastik yang ditemukan di laut semakin bertambah. Bakteri yang menempel pada partikel tersebut semakin mengancam kehidupan yang ada di sana.
Senyawa lengket seperti lem yang dikeluarkan oleh bakteri, menempel pada potongan-potongan kecil plastik. Ini akan membahayakan hewan laut yang mengira sampah tersebut sebagai mangsanya kemudian memakannya.
Baca Juga : Tak Sengaja Tertelan, Perangkat USB Ditemukan Pada Kotoran Anjing Laut
Para ilmuwan khawatir penggumpalan bakteri di sampah plastik dapat mengalihkan jalur makanan alami dari permukaan ke dasar laut––menyebabkan makhluk laut kelaparan.
‘Ekosistem laut dalam bisa kelaparan jika plastik dengan kepadatan berbeda memengaruhi fluks makanan dari hulu hingga hilir lautan,” papar Tony Gutierrez, ahli ekologi sekaligus pemimpin studi.
Para peneliti dari Heriot-Watt University melakukan percobaan bertahap pada air laut. Juga menambahkan sampah plastik saat melakukan simulasi permukaan laut.
Dalam beberapa menit, terlihat bagaimana potongan-potongan kecil plastik berkelompok bersama bakteri, ganggang, dan partikel organik lainnya untuk membentuk rumpun yang lebih besar.
Baca Juga : Semakin Tercemar Limbah, Danau Toba Seperti ‘Toilet Raksasa’
Stephen Summers, salah satu anggota peneliti, mengatakan: “Studi ini merupakan langkah awal untuk memahami bagaimana nanoplastik berinteraksi dengan biopolimer alami yang tersebar di lautan dunia.”
Gumpalan bakteri yang menempel pada plastik tersebut sangat mudah dilihat dengan mata telanjang. “Bentuknya yang semakin besar, menimbulkan kekhawatiran. Sebab, ia cenderung dilihat sebagai sumber makanan oleh hewan laut,” imbuh Summers.
Penelitian menunjukkan, ada sekitar delapan juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Jika hal itu terus belangsung, maka pada 2050, diperkirakan jumlah sampah plastik di laut akan lebih banyak dibanding populasi hewan laut itu sendiri.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR