Nationalgeographic.co.id – Lumba-lumba mengalami trauma akibat praktik perburuan kejam yang dilakukan beberapa pihak––terutama mereka yang terlibat dalam perdagangan mamalia laut untuk kemudian ditempatkan pada taman hiburan.
Di dekat kota Taiji, Jepang, lumba-lumba dan paus kecil kerap digiring dari laut terbuka menggunakan kapal penangkap ikan.
Baca Juga : Es di Gunung Everest Mencair, Keberadaan Mayat-mayat Pendaki Terungkap
Para pemburu menciptakan kebisingan di bawah laut dengan membenturkan palu dan tongkat sehingga membingungkan lumba-lumba dan membuat mereka ‘berlarian’ ke teluk kecil.
Di sana, lumba-lumba kemudian dibunuh untuk diambil dagingnya. Sementara sisanya ditangkap hidup-hidup dan dijual ke beberapa akuarium di Jepang, Tiongkok, dan negara lainnya.
“Stres dan trauma akut yang dialami lumba-lumba berasal dari aksi penangkapan di laut, digiring ke pesisir, dan kemudian diperlakukan tidak layak selama selama diseleksi,” papar Courtney Vail, pemimpin penelitian sekaligus ahli konsultasi lingkungan dari Lightkeepers Foundation.
Trauma yang mereka alami akan lebih parah jika sang induk dipisahkan dengan bayinya. Lumba-lumba muda yang ditinggalkan tanpa orangtuanya setelah diburu juga cenderung tidak dapat bertahan hidup karena stres psikologis.
“Bahkan, jika berhasil selamat dan kabur, lumba-lumba yang terlanjur menyaksikan penangkapan dan pembunuhan rekannya akan tetap mengalami trauma dan kesulitan bertahan hidup,” kata Phillippa Brakes, peneliti dari Whale and Dolphin Conservation yang terlibat dalam studi tersebut.
Perburuan lumba-lumba di Taiji mulai menarik perhatian setelah keberhasilan film dokumenter pemenang Oscar 2009, The Cove. Film itu memperlihatkan bagaimana lumba-lumba dibantai menggunakan pisau dan tombak.
Namun, meskipun dunia internasional sudah mengecamnya, aksi perburuan terus berlanjut.
Baca Juga : Penyelundupan Kura-kura di Pesawat, Kali Ini Ditempatkan Dalam Kotak Roti
Data dari pemerintah setempat menunjukkan bahwa pada musim perburuan Februari lalu, ada sekitar 600 lumba-lumba yang dibunuh, dan 250 lainnya ditangkap.
Studi yang dipublikasikan pada Journal of Applied Animal Welfare Science ini berharap penemuan mereka dapat membantu mengakhiri perburuan lumba-lumba untuk ditempatkan ke dalam akuarium. Praktik itu sendiri telah mendapat banyak kritik dari beberapa organisasi kebun binatang.
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR