Nationalgeographic.co.id - Sungai Serang yang mengaliri beberapa desa di Kecamatan Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengering. Dasar sungainya bahkan terlihat jelas. Warga pun beramai-ramai menangkap ikan di sana.
Menurut keterangan, sungai Serang sengaja dikeringkan untuk memperbaiki tanggul. Informasi ini kemudian beredar melalui aplikasi percakapan dan media sosial sehingga banyak warga yang mendatangai sungai untuk menangkap ikan.
Zabidi (61), warga Dusun Siluwok, DesaTawangsari, Kecamatan Pengasih mengaku sengaja datang ikut mencari ikan untuk dikonsumsi sendiri, setelah mendapatkan informasi dari media sosial jika sungai tersebut kering.
“Karena informasi dari grup-grup WA inilah saya ke sini. Saya datang siang saja sudah ramai seperti ini,” kata Zabidi.
Baca Juga: Kirim Balik ke AS, Lihat Deretan Foto Kontainer Sampah yang Ditolak oleh Pemerintah Indonesia
Menurutnya, sungai yang bermuara di Pantai Selatan sengaja dikuras. Pintu air bendungan antara Desa Ngestiharjo, Kecamatan Wates dengan Desa Bojong, Kecamatan Panjatan, dibuka agar air mengalir dan sungai mengering. Pintu air tersebut, kata Zabidi, adalah instalasi untuk mengalirkan air ke tegalan dan sawah ke desa-desa sekitar.
Menurut informasi yang dia dapat, sungai sengaja dikeringkan untuk memperbaiki tanggul yang rusak dan jebol beberepa waktu lalu. Zabidi sendiri biasanya menjala ikan di Pelabuhan Tanjung Adikarto.
“Ini kali pertama menjala di sungai ini. Hasilnya untuk konsumsi sendiri. Lagi pula selama ini memang tidak pernah untuk jual. Dapat sedikit. Sekarang saya mau pindah ke tempat lain, yang lebih banyak,” katanya, Senin (17/6/2019).
Zabidi dan ratusan laki-laki dewasa lain turun ke sungai membawa sambil membawa jala bahkan beberapa warga juga membawa pelampung untuk menjangkau sisi sungai yang masih dalam.
Sementara di pinggir sungai, tampak anak-anak bermain-main di air yang dangkal. Ikan yang ditangkap warga beragam seperti tawes, nila, dan wader. “Ikan palung (hampala) yang langka juga ketemu di sini,” kata Catur, salah satu warga.
Baca Juga: Suhu Menghangat, Wilayah Siberia yang Dingin dan Terpencil Mulai Bisa Ditinggali
Ikan hasil tangkapan warga tidak sedikit yang dijual. Parjo, warga Dusun 1 Ngestiharjo menawar tiga ekor ikan gabus seberat 1 kilogram dengan harga Rp 50.000.
“Sengaja beli ikan gabus untuk obat. Kabarnya luka bisa cepat kering. Saya beli karena kebetulan istri sedang luka bakar karena kena minyak goreng,” kata Parjo.
Sementara itu, Tayiz, warga Dusun Turib mengaku memperoleh ikan sidat seberat 4 kilogram. Ikan yang memiliki harga mahal tersebut dia dapatkan di antara bebatuan tanggul sungai dan dia tangkap menggunakan alat sederhana yaitu tongkat dan karung.
Ia tak langsung menjualnya, tapi menunggu hingga ada penawaran tertinggi. “Saya tawarkan pada yang menawar harga tertinggi saja. Ini sidat yang masih hidup. Masih segar. Pasti mahal,” katanya.
Rahasia Mengontrol Populasi Nyamuk: Aedes aegypti Jantan Tuli Tidak Bisa Kawin!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR