Nationalgeographic.co.id - Bagaimana jika ada cara yang sederhana, murah, dan menyenangkan untuk mengatasi beberapa tantangan utama yang dihadapi umat manusia saat ini. Ditambah lagi, upaya itu dapat membantu meningkatkan kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan anak-anak?
Bayangkan sebuah solusi yang dapat melawan epidemi obesitas saat ini, kecemasan, dan depresi yang mempengaruhi anak-anak dan remaja saat ini. Bayangkan bahwa solusi ini juga dapat meningkatkan kesehatan otak, kreativitas, dan pencapaian akademis, serta mempersiapkan anak-anak kita untuk menghadapi dunia kerja yang berubah dengan cepat.
Solusi itu juga dapat mengurangi kejadian alergi, asma, dan masalah imunitas lainnya, juga meningkatkan kesehatan mata. Selain itu, cara itu juga dapat menumbuhkan budaya pengelolaan lingkungan keberlanjutan dan membantu membangun kesehatan kota dengan mempromosikan hubungan bertetangga dan perasaan terhubung dengan masyarakat.
Bayangkan bahwa intervensi ini juga dapat membantu negara memenuhi target mereka dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB, seperti tujuan dari Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik, Pendidikan Berkualitas yang Inklusif dan Berkeadilan, Pekerjaan Layak, Pertumbuhan Ekonomi, dan Aksi Iklim.
Kita bukan berbicara mengenai intervensi yang mahal, atau yang sifatnya memaksa anak untuk melakukannya, seperti mengerjakan pekerjaan rumah atau makan sayuran. Alih-alih takut, anak-anak justru merasa menjadi yang paling bahagia ketika melakukannya dan mereka mencari cara untuk terus melakukannya selama mungkin.
Apa solusi sederhana untuk memperbaiki masalah tersebut? Bermain di alam terbuka.
Banyak dari kita memiliki kenangan indah masa kecil yang dihabiskan di luar ruang, bergaul dengan teman-teman di lingkungan, taman, dan di alam, membentuk aturan kita sendiri, dengan pengawasan orang dewasa (jika ada) yang minimal.
Kita hanya perlu ingat kembali masa kecil kita untuk menyadari betapa berharganya pengalaman-pengalaman ini dan bagaimana dampaknya dalam membentuk kesehatan dan perkembangan seumur hidup kita. Penelitian ini mengikui intuisi manusia dan mengakui manfaat yang banyak dan beragam dari permainan di alam terbuka.
Bermain di alam terbuka tidak sama dengan bermain di dalam ruangan. Ada manfaat unik dari berada di luar ruangan, khususnya di alam. Ketika anak-anak diizinkan bermain seperti yang mereka inginkan dalam lingkungan yang merangsang, mereka bergerak lebih banyak, duduk lebih sedikit, dan bermain lebih lama.
Tangan mereka terkena tanah dan mikroba yang membantu mereka membangun kekebalan mereka. Mereka menentukan tujuan mereka sendiri dan membuat sendiri langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Ini membantu mereka membangun keterampilan fungsi berpikir mereka. Mereka belajar, membangun ketahanan dan mengembangkan keterampilan sosial mereka, mempelajari cara mengelola risiko dan menjaga diri mereka agar tetap aman. Mata mereka mendapatkan latihan yang mereka butuhkan untuk membantu memerangi rabun jauh.
Kita menemukan kembali keajaiban permainan di luar ruangan. Pemerintah Kanada, misalnya, melihatnya sebagai cara membuat anak-anak aktif dan menghindari krisis obesitas. Sekolah dan pendidikan anak usia dini melihatnya sebagai cara mempromosikan pembelajaran akademik dan sosial-emosional. Perusahaan melihatnya sebagai cara mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi pekerjaan di masa depan yang akan fokus pada kreativitas, empati, dan koneksi dengan orang lain. Anak-anak tentu hanya melihatnya sebagai cara bersenang-senang dan merasa bebas!
Ada tiga komponen utama untuk mendukung permainan di luar ruangan: waktu, ruang, dan kebebasan.
Anak-anak perlu waktu untuk bisa bermain di luar. Di sekolah, itu berarti perlunya kebijakan waktu istirahat yang membuat anak-anak keluar setiap hari, memberi peluang bagi anak menggunakan alam bebas untuk belajar, dan membatasi pekerjaan rumah. Sedangkan di rumah, itu berarti mengurangi waktu menatap layar televisi dan membatasi kegiatan terstruktur yang dijadwalkan.
Anak-anak juga membutuhkan ruang terbuka yang kondusif untuk bermain. Bukan berarti harus mahal. Yang pasti di ruang tersebut semua anak merasa disambut, terlepas dari kemampuan dan latar belakang mereka, yang mereka dapat membuat sendiri dan yang juga memiliki bagian yang bebas mereka gunakan dengan bantuan imajinasi mereka dalam membentuk permainan (misalnya tongkat, batu, air dan kotak kardus).
Di perkotaan, penerapan solusi ini berarti kita perlu bersiap memperbolehkan permainan terjadi di mana-mana, tidak hanya di taman kota dan taman bermain. Kita perlu merancang kota yang inklusif dan ramah anak, tempat anak-anak merasa diterima di mana-mana dan dapat dengan mudah menjangkau alam.
Komponen terakhir, kebebasan: penghalang terbesar bagi kemampuan anak-anak untuk bermain seperti yang mereka inginkan adalah orang dewasa. Kita perlu melepaskan ketakutan berlebihan kita akan cedera dan penculikan dan menyadari bahwa manfaat dari anak-anak yang keluar untuk bermain jauh lebih besar daripada risikonya. Laboratorium saya mengembangkan alat pembingkaian risiko untuk orang tua dan pengasuh sehingga membantu mereka dalam upaya ini.
Membantu anak-anak bermain di luar ruangan bisa semudah membuka pintu depan. Tidak harus rumit atau mahal. Jika semua orang terlibat, kita dapat membantu mengembalikan kegiatan penting yang harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari semua anak, terlepas dari usia, latar belakang budaya, jenis kelamin, atau kemampuan.
Ada banyak alat bantu bagi Anda yang berperan sebagai orang tua, pengasuh, pendidik, perencana kota, atau tetangga. Saya mendorong Anda untuk mempertimbangkan satu hal sederhana dan dapat dicapai untuk Anda lakukan hari ini: bantulah anak-anak dalam hidup Anda keluar ruangan untuk bermain.
Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Penulis: Mariana Brussoni, Associate Professor of Pediatrics and Population and Public Health, University of British Columbia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR