Hasilnya: para anak-anak sekarang semakin peduli terhadap sampah. Mereka mengumpulkan sampah dari rumah ke rumah untuk dibawa ke sekolah. Dan yang terpenting, mereka ikut menjadi agen perubahan untuk masyarakat yang lebih peduli terhadap sampah.
Menu Bora, salah seorang wali murid, bercerita kepada AFP bahwa sebenarnya dia tidak tahu apa bahaya dari efek membakar sampah. Itu adalah kebiasan baginya, sebelum proyek ini datang mengubah kebiasaan mereka.
Para wali murid mengakui kebiasaan buruk mereka yang lain adalah membuang sampah sembarangan, hadirnya proyek ini membuat mereka sadar tidak akan mengulanginya lagi.
Baca Juga: Upaya Para Ilmuwan Ubah Sampah Plastik Menjadi Listrik dan Bahan Bakar
Selain mengumpulkan limbah plastik dari para murid. Sekolah Askhar juga membuat batu bata dengan campuran sampah plastik.
Batu bata ramah lingkungan itu selanjutnya digunakan untuk keperluan pembangunan gedung sekolah.
Mayoritas orang tua yang menyekolahkan anaknya di Sekolah Akshar adalah orang yang kurang mampu.
Dengan proyek ini, membantu para orang tua mau mengirimkan anaknya pergi ke sekolah.
Seandainya Indonesia memiliki sekolah dengan biaya dibayar sampah. Mungkin tidak ada lagi kasus anak kurang mampu tidak kebagian mengenyam porsi pendidikan.
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR