Nationalgeographic.co.id – Good Pitch yang merupakan live event untuk crowdsourcing dan networking antar film-film dokumenter akan dilaksanakan kembali pada 5 September 2019 di Js Luwansa Balllroom. Good Pitch 2019 merupakan acara ke dua dari Good Pitch Asia Tenggara yang sudah pernah dilakukan sebelumnya pada 2017 lalu.
Good Pitch Indonesia 2019 bekerjasama dengan Bekraf dan melibatkan organisasi In-Docs yang merupakan pendorong terciptanya film dokumenter.
Dengan adanya Good Pitch Indonesia 2019 diharapkan dapat membantu mewujudkan dampak film dokumenter yang telah dibuat oleh para pembuat film nasional.
“Semua film-film Good Pitch ini adalah film-film yang mempunyai target dampak sosial, jadi mereka tidak boleh cuma dibuat aja tapi film ini harus mencapai perubahan. Oleh sebab itu, orang yang kita undang itu berbagai elemen masyarakat sipil yang kita rasa bisa berkolaborasi sama film ini untuk bisa mencapai dampak sosialnya,” kata Mandy Marahimin, outreach director Good Pitch Indonesia 2019 saat bertemu di kantor Kompas Gramedia, Kamis (18/8/2019).
Baca Juga: Buta Total Akibat Hantaman Serangan Udara Perang Saudara di Suriah, Bocah Ini Tetap Riang dan Ceria
Good Pitch Indonesia 2019 akan menampilkan 5 film yang sudah terpilih dengan berfokus pada isu-isu sosial di Indonesia yang dianggap relevan dan menarik untuk diangkat dan dipublikasikan. Proses seleksi dalam pemilihan film juga melihat dampak apa yang ingin di sampaikan oleh pembuat film kepada masyarakat atau target tertentu.
Film-film yang ada pada acara ini sudah melewati tahap seleksi terlebih dahulu.
“Kita sistemnya open application jadi kita call for submission, open untuk semua orang. Ada sekitar 80 submission yang kita terima, dari 80 itu kita menilai mereka berdasarkan track record, kampanye dampak yang ingin digunakan kemudian kualitas film dari trailernya, dari situ terpilih lah lima film ini,” kata Mandy.
Kelima film yang akan hadir di dalam acara ini memiliki tema yang beragam. "Pesantren" memiliki tema mengenai toleransi, "Menggapai Bintang" yang memiliki tema tentang pendidikan inklusif, "Hidup dengan Bencana" yang bertema mitigasi bencana, "Bara" yang mengenai sengketa lahan menjadi hutan adat, dan yang terakhir "Waste on My Planet" yang bertema tentang pengelolaan sampah.
Baca Juga: Studi: Sikap Pasrah dan 'Nrimo' Jadi Tantangan untuk Hapus Kemiskinan di Jawa
Keberhasilan dampak yang sudah dibuat oleh pembuat film dilihat dari apakah tercapainya target yang sudah ditentukan di setiap filmnya.
Mandy mengatakan, setiap film memiliki target yang berbeda-beda. Untuk film "Pesantren" misalnya, targetnya adalah berapa banyak peningkatan toleransi terhadap para santri. "Menggapai Bintang" targetnya adalah perubahan kebijakan pada pendidikan inklusif, "Bara" targetnya adalah menjadikan hutannya sebagai hutan adat. Adanya keberhasilan mencapai target inilah yang akan menjadi kesuksesan tujuan film itu dibuat.
Kembalinya Good Pitch dengan isu sosial yang terjadi di Indonesia diharapkan membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Indonesia. Sehingga adanya acara ini tak lepas dari dukungan pemerintah.
Selain untuk melestarikan film dokumenter lokal dan membawanya ke tingkat Internasional, adanya Good Pitch Indonesia 2019 juga diharapkan dapat membantu penyelesaian permasalahan sosial yang jarang dilihat oleh orang awam.
Penulis | : | Silvia Triyanti Luis |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR