Manfaat dari sikap pesimis defensif juga berlanjut pada kinerja seseorang. Sebuah studi menunjukkan bahwa pesimis defensif berhubungan dengan suasana hati yang negatif.
Ketika ditempatkan dalam suasana hati yang baik, seorang yang pesimis defensif tidak mampu menyelesaikan sebuah teka-teki kata. Sementara, ketika mereka ditempatkan pada suasana hati yang negatif –- diberitahu kemungkinan buruk yang akan terjadi –- kinerja mereka menjadi jauh lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan suasana hati yang negatif untuk memotivasi diri sendiri.
Pesimisme bisa jadi lebih menguntungkan dibanding optimisme dalam menunggu hasil atau kabar dari sesuatu yang berada di luar kuasa diri sendiri (seperti menunggu hasil dari wawancara kerja).
Ketika hasilnya tidak sebaik yang diperkirakan, seorang optimis akan terusik dan mengalami kekecewaan yang lebih besar serta suasana hati yang lebih kacau dibanding orang-orang pesimis.
Anehnya, bentuk pesimisme seperti ini dapat membantu kepercayaan diri.
Dalam sebuah studi yang meneliti mahasiswa selama masa perkuliahannya, mereka yang pesimis defensif merasa memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki kecemasan berlebih. Bahkan, ukuran harga diri mereka bisa sama tingginya dengan mereka yang optimis.
Mungkin hal ini bisa terjadi karena seorang pesimis defensif berhasil mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang mereka bayangkan.
Strategi seorang pesimis defensif dalam mengantisipasi kemungkinan buruk juga berdampak baik pada kesehatan. Meski orang-orang seperti ini akan merasa cemas terkena penyakit saat ada wabah menular, tapi mereka juga cenderung untuk melakukan tindakan-tindakan preventif. Contohnya, mereka akan secara rutin mencuci tangan dan segera pergi ke dokter bila merasakan gejala aneh.
Ketika seorang pesimis terserang penyakit kronis, pandangan negatif terhadap masa depan akan lebih realistis dan mendorongnya untuk mengikuti saran ahli-ahli kesehatan yang menangani penyakitnya.
Saya melakukan penelitian terhadap dua kelompok orang -– orang dengan penyakit radang usus dan radang sendi. Saya meminta mereka untuk mengukur kesehatan mereka pada masa depan dengan skala sederhana, dari buruk ke sangat baik.
Kedua penyakit ini merupakan penyakit dengan masa pemulihan yang panjang, bahkan bisa memburuk dari waktu ke waktu. Sehingga kami tidak mengharapkan mereka akan berpikir kondisi kesehatannya akan cepat membaik.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR