Nationalgeographic.co.id - Olahraga dianjurkan untuk orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas sebagai cara untuk mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler. Tapi orang tidak selalu memiliki waktu untuk berolahraga sebanyak yang diinginkan, sehingga penting mencari cara untuk meningkatkan manfaat kesehatan dari olahraga.
Penelitian terbaru kami telah menemukan caranya, dan ini berkaitan dengan waktu. Dengan temuan ini Anda dapat menjauhkan alasan seperti keluarga dan pekerjaan untuk berolahraga.
Untuk menjelaskan bagaimana ini bekerja, ada baiknya kita mengetahui sedikit tentang insulin. Insulin adalah hormon yang membantu mengontrol kadar gula darah. Salah satu efek utama insulin setelah makan adalah memungkinkan gula dalam darah diangkut ke dalam otot, yang kemudian disimpan atau digunakan sebagai bahan bakar energi.
Baca Juga: Lima Kebiasaan yang Membantu Anda Hidup Belasan Tahun Lebih Lama
Ketika orang tidak cukup berolahraga dan menjadi kelebihan berat badan atau obesitas, tubuh mereka harus memproduksi lebih banyak insulin agar hormon dalam tubuh mendapatkan efek penting ini. Dengan kata lain, mereka menjadi kurang sensitif terhadap insulin. Ini adalah salah satu alasan mengapa kelebihan berat badan meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler.
Salah satu manfaat kesehatan utama dari olahraga adalah meningkatkan respons kita terhadap insulin sehingga kita lebih dapat mengontrol kadar gula darah - bahkan jika kita tidak melihat perubahan ini terjadi. Sekarang menjadi jelas bahwa ketika kita makan untuk berolahraga, ini bisa menjadi penting untuk respons insulin.
Penelitian kami mempelajari respons dari berolahraga selama enam minggu, olahraga yang dilakukan berupa bersepeda selama 50 menit, tiga kali dalam seminggu. Dalam satu kelompok, laki-laki yang kelebihan berat badan atau obesitas berolahraga sebelum sarapan (keadaan berpuasa) dan menunjukkan respons peningkatan insulin setelah berolahraga. Artinya, mereka harus memproduksi lebih sedikit insulin untuk mengendalikan kadar gula darah mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki risiko penyakit yang lebih rendah seperti diabetes tipe 2 setelah berolahraga. Sedangkan para laki-laki yang berolahraga setelah sarapan tidak menunjukkan respons insulin darah yang meningkat.
Para laki-laki yang berolahraga sebelum sarapan membakar lemak sekitar dua kali lipat lebih banyak selama latihan daripada kelompok yang berolahraga setelah sarapan. Bukti terkini menunjukkan bahwa peningkatan pembakaran lemak selama latihan dapat menjelaskan mengapa kelompok ini menunjukkan manfaat kesehatan yang lebih baik.
Kesalahpahaman umum tentang olahraga dalam keadaan puasa adalah bahwa semakin banyak lemak yang dibakar maka semakin besar penurunan berat badan. Faktor penting dalam penurunan berat badan adalah keseimbangan energi. Ini berarti jumlah energi yang masuk (makanan dan minuman) dikurangi dengan jumlah energi yang keluar, sebagian melalui olahraga.
Ada beberapa bukti, bahwa, dalam waktu singkat (24 jam), tidak sarapan sama sekali kemudian berolahraga dapat menciptakan keseimbangan energi yang lebih negatif, dibandingkan dengan berolahraga setelah sarapan. Namun bukti juga menunjukkan bahwa ketika kita hanya melewatkan makan untuk berolahraga (tidak melewatkan sarapan), jumlah penurunan berat badan akan tetap sama, bahkan jika pembakaran lemak berbeda. Jadi peningkatan pembakaran lemak selama latihan tidak menyebabkan penurunan berat badan yang lebih besar, kecuali keseimbangan energi (misalnya, asupan energi atau pengeluaran energi) berbeda.
Baca Juga: Mengapa Stres Bisa Memengaruhi Nafsu Makan Kita?
Kini penting untuk melakukan penelitian yang sama untuk perempuan, meskipun ada kemungkinan bahwa hasilnya akan sama (olahraga sebelum dan setelah sarapan). Hal ini karena, bagi laki-laki dan perempuan, berolahraga setelah sarapan akan mengurangi pembakaran lemak selama berolahraga. Penelitian ini juga ditujukan untuk olahraga dengan intensitas sedang, seperti bersepeda dan joging, dan hasilnya tidak selalu berlaku untuk olahraga dengan yang intensitas tinggi atau angkat berat.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR