Nationalgeographic.co.id—“Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir,” kata Tie Pat Kai, siluman babi dalam kisah Sun Go Kong. Dia selalu saja meratapi kisah cintanya kala masih menjabat panglima sampai siluman.
Cinta kadang menjadi urusan yang tak berkesudahan dan selalu diperjuangkan. Peradaban muncul dan tenggelam, silih berganti, namun selalu memiliki benang merah tentang teladan cinta. Leluhur planet ini telah mewariskan banyak kisah kepada kita tentang upaya mereka memuja kesejatian cinta.
Simak, dewa dan dewi yang menjaga kesuburan, gairah bercinta, mengayomi kaum perempuan hingga soal persalinan. Mereka telah bekerja keras demi asmara dan kehidupan manusia yang lebih baik di penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Eros
Putra dari pasangan dewa perang Ares dan dewi cinta Aphrodite. Eros, dewa Yunani untuk segala hasrat erotik dan daya tarik seksual, yang kerap digambarkan sebagai lelaki atletis bersayap yang memegang busur dan anak panah. Eros bisa meluncurkan anak panah emasnya yang membuat orang memiliki cinta. Seniman zaman Renaisans telah memodifikasinya sebagai anak kecil berpipi tembem yang bersayap.
Cupid
Dewa milik orang Romawi yang memiliki kesamaan dengan Eros. Cupid menginspirasi banyak perkara tentang cinta. Salah satu dari korban-korban cintanya adalah Psyche, perempuan yang hidup abadi. Karena kecantikannya, Psyche jatuh cinta kepada dirinya sendiri.
Kama
Dia adalah putra dari pasangan Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi. Kama merupakan dewa cinta dalam tradisi Hindu, seorang pemanah muda nan tampan yang mengendarai nuri. Kama, secara etimologi memiliki makna keinginan atau hasrat, khususnya dalam soal bercinta. Dia memiliki lima anak panah asmara yang mempunyai kemampuan menawan hati, memesona, hingga membangkitkan berahi: Madana, Mohana, Nishmarana, Murcchana, dan Niscestikarana. Sosok Kama kerap disandingkan dengan istrinya, Rati—dewi perlambang gairah dan nafsu.
Baca Juga: Sulawesi Utara, Provinsi dengan Penduduk Paling Romantis di Indonesia
Siwa
Salah satu dari tiga dewa utama Hindu. Siwa tak sekadar terlihat sebagai pertapa, tetapi juga lambang erotisnya cinta hingga orang-orang memujanya dalam bentuk lingga. Dia dipuja sebagai pemulih alam semesta, penghancur kejahatan, dan dewa cinta. Dia digambarkan sebagai sosok berkalung ular dan mata ketiga di dahinya, yang sedang memegang senjata trisula dan damaru (drum). Dia menikah dengan Parvati, dewi kesuburan, cinta, dan pengabdian.
Oenghus
Dia merupakan seorang dewa dalam kebudayaan rakyat Irlandia, yang diyakini menghuni dataran Newgrange, tepian Sungai Boyne. Dia dikenal sebagai dewa yang membantu siapa saja yang jatuh cinta. Dia jatuh cinta dengan angsa suci nan cantik, Caer Ibormeith. Secara etimologi, Oenghus berasal dari bahasa Proto-Celtic, oino yang bermakna “satu” dan guss yang bermakna “pilihan”. Kini, rakyat Irlandia modern menyebutnya dengan Aengus atau Aonghus.
Aphrodite
Sohor dengan kecantikannya dan perkara cintanya dengan manusia dan dewa. Dewi cinta dalam tradisi Yunani ini kerap ditemani dengan putranya, Eros. Sang dewi biasanya diungkapkan dalam sosok perawan nan cantik. Tak jarang juga, Aphrodite digambarkan telanjang karena dia merupakan simbol kesempurnaan fisik. Dia kerap disimbolkan dengan burung dara.
Baca Juga: Destinasi Wisata Terfavorit di Indonesia untuk Rayakan Hari Valentine
Venus
Awalnya dia nerupakan simbol kesuburan dan pelindung para pemilik kebun. Perkembangan berikutnya, orang-orang menyakininya sebagai simbol yang sama dengan Aphrodite. Venus adalah dewi cinta bagi kebudayaan Romawi kuno, yang dipuja ketika musim semi. Dia menjadi dewi yang paling dipuja dan disayang oleh para prajurit Romawi yang sedang merancang pertempuran. Julius Caesar pun mengklaim bahwa Venus adalah leluhurnya.
Hathor
Secara etimologi bermakna “rumah kebijaksanaan”. Dewi dalam tradisi Mesir ini kerap muncul dalam bentuk manusia dengan mahkota kepala lembu bertanduk, yang tanduknya membingkai matahari. Dialah dewi cinta, kecantikan, dan keibuan yang diyakini sebagai pelindung perempuan, pelindung pasangan kekasih, dan dewi pembuahan dan persalinan. Kadang Hathor menjadi personifikasi dari Milkyway—orang Mesir melihatnya laksana aliran susu dari lembu nirwana.
Ishtar
Dia kerap diwujudkan sebagai Planet Venus. Simbol utama lainnya adalah singa dan bintang bersudut delapan. Lantaran sosoknya yang berani dan cantik, Isthtar dipuja sebagai dewi perang, dewi kesuburan, dan dewi cinta dalam peradaban Babilonia. Kekasihnya banyak, namun hatinya tetap terpaut pada Gilgamesh, raja dalam dinasti pertama Uruk. Masyarakat yang memujanya menggelar upacara pelacuran religius. Dia dipuja sebagai Astarte di kawasan Palestina, Libanon, Yordania, Suriah, hingga Mesir. Awalnya, Ishtar merupakan Inanna merupakan dewi cinta, kesuburan, dan perang yang awalnya dipuja peradaban Mesopotamia.
Freyja
Makna harfiahnya adalah perempuan. Perempuan kuat, cantik, dan bijak adalah istri dari Odr, dan ibu dari Hnos dan Gersemi. Dalam kisahnya, Freyja mencari suaminya yang hilang dalam peperangan. Dia pun menangis dan meneteskan air mata emas merah. Dewi dalam mitologi Skandinavia ini diistimewakan dalam kaitannya dengan cinta, seks, kecantikan, dan kesuburan. Dia memiliki banyak kekasih, termasuk raja-raja dan dewa-dewa. Masyarakat Skandinavia kuno menyebut “Gaun Freyja” untuk konstelasi gemintang Orion penanda musim dingin. Mereka juga menyebut sabuk pedang Orion dengan "Korset Freyja."
Bastet
Dia adalah dewi cinta dalam kebudayaan Mesir kuno. Namun, kemuculan pertamanya pada 5.000 tahun silam, Bastet digambarkan sebagai singa betina yang galak atau wanita dengan kepala singa betina. Kebudayaan berikutnya, sekitar 945 SM hingga 715 SM, mengubah Bastet sebagai kucing rumahan yang sensual, sehingga dia ditahbiskan sebagai dewi cinta. Kucing memang sangat dihormati dalam peradaban Mesir kuno, bahkan pemiliknya menyandangkan perhiasan emas untuknya. Kadang dia diwujudkan bersama anak-anaknya, sebagai simbol atas perannya sebagai dewi kesuburan.
Xochiquetzal
Dia merupakan dewi dalam kebudayaan Aztek, perlambang kesuburan, kecantikan, kekuatan seks perempuan, pelindung ibu muda, dan persalinan. Dari etimologinya, Xochiquetzal terdiri atas dua kata, xochitl yang bermakna “bunga” dan quetzalli yang mengacu pada “bulu ekor burung quetzal”. Xochiquetzal kerap diwujudkan sebagai wanita muda yang menawan, berbusana mewah, dan secara simbolis berhubungan dengan bunga. Mitosnya, dia membutuhkan kepuasan seksual lebih tinggi daripada yang bisa diberikan suaminya, Tlaloc.
Yue Lao
Kakek di bawah rembulan, demikian makna dari namanya. Yue Lao, yang membawa benang merah perkawinan, diyakini sebagai dewa percomblangan atau perjodohan dalam kebudayaan Tiongkok. Kemunculannya setiap malam hanya untuk menyatukan pasangan yang sudah ditakdirkan dengan seutas benang sutra yang mengikat kaki-kaki mereka. Dia terlihat sebagai orang tua yang memegang buku pernikahan di tangan kirinya dan tongkat di tangan kanannya. Orang tua itu hidup abadi, dan dia berulang tahun pada tanggal 15 bulan kedelapan kalender Imlek.
Semara
Dewa Semara merupakan dewa cinta dalam kebudayaan Hindu di Bali. Dia membangkitkan cinta melalui kesenangan ragawi kepada orang-orang sehingga menginginkan untuk memiliki anak. Romantika pasangan Semara dan Ratih dalam budaya Bali merupakan kisah versi lokal dari kisah Kama dan Rati di India. Ketika Siwa membinasakan Semara menjadi abu, Dewi Ratih memohon Siwa untuk membinasakan dirinya juga. Abu mereka ditebar ke penjuru Bumi sehingga merasuki di sanubari kasih dan kesetiaan setiap pasangan.
Apakah dewa dan dewi itu turun kembali ke Bumi saat sebagian warga merayakan Hari Valentine? Kita tidak tahu, namun dewa dan dewi itu senantiasa ada di jiwa setiap warga yang memuja cinta.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR