“Kami menemukan bahwa pola berpikir negatif yang tinggi berkaitan dengan penurunan kognisi global, memori langsung dan tertunda, dalan waktu 48 bulan,” tulis para peneliti.
“Lebih lanjut, pikiran negatif berulang, berkaitan dengan tingkat tau yang lebih tinggi di korteks entorhinal dan dengan amiloid otak dalam dua kohort independen,” imbuh mereka.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Ubah Limbah CO2 Jadi Energi Bermanfaat
Ini terdengar mengerikan, tapi penting untuk dicatat bahwa ini merupakan perubahan yang relatif kecil. Skor rata-rata tes kognitif adalah 100 poin. Selain itu, partisipan yang terlibat dalam studi sudah memiliki risiko Alzheimer.
“Kebanyakan mereka yang ada di studi ini telah diidentifikasi dengan risiko Alzheimer tinggi. Oleh sebab itu, kita perlu melihat apakah hasil ini juga berpengaruh pada populasi secara umum dan bagiaman pola pikir negatuf berulang dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer itu sendiri,” kata Carragher.
Tim peneliti sendiri juga belum bisa mengonfirmasi apakah pemikiran negatif menyebabkan risiko Alzheimer meningkat, atau hubungan sebaliknya.
Namun, studi yang dipublikasikan pada jurnal Alzheimer’s & Dementia, tidak muncul secara tiba-tiba. Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mereka yang mengalami kecemasan dan depresi, memiiki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR