Nationalgeographic.co.id – Gas sintetik (synthetic gas atau syngas) adalah blok bangunan penting dalam pembuatan bahan kimia. Kebanyakan orang mungkin tidak pernah mendengar tentang syngas, padahal setiap hari itu digunakan untuk produksi obat-obatan, pupuk, plastik serta bahan bakar.
Namun sayangnya, meski syngas—yang merupakan campuran hidrogen dan karbon monoksida—difermentasi untuk menghasilkan energi terbarukan, tapi prosesnya tidak selalu bebas karbon. Seringnya, memproduksi syngas menggunakan gas alam atau produk sisa dari batubara.
Baca Juga: Teknologi Machine Learning Bantu Selamatkan Pelestarian Orangutan
Kini, para ilmuwan di Australia mengungkapkan bahwa syngas dapat dibuat dari karbon dioksida dan mereka berhasil menemukan proses yang bisa dilakukan dengan mudah dan murah. Ini merupakan langkah yang sangat menarik karena para insinyur telah meneliti hal ini selama bertahun-tahun.
“Idenya adalah bahwa kita bisa mengambil sumber titik CO2, seperti dari pembangkit listrik tenaga batu bara, pembangkit listrik gas, atau bahkan tambang gas alam—di mana karbon dilepaskan dengan bebas. Pada dasarnya, kami memperbaiki teknologi dari ‘pabrik’ ini,” papar Emma Lovell, ahli kimia dari University of New South Wales (UNSW Sydney).
“Kemudian Anda bisa menangkap CO2 tersebut dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi industri,” imbuhnya.
Pendekatan semacam ini secara efektif dapat dilihat sebagai ‘menutup lingkaran karbon’. Karbon yang dilepaskan dalam sebuah proses, digunakan untuk hal lainnya.
Menurut peneliti, masih perlu beberapa waktu sebelum metode ini dipraktikkan. Namun, mengingat banyaknya syngas yang digunakan, produksi ramah lingkungan serta berkelanjutan harus segera dilakukan.
Syngas sering dikatakan sebagai bahan kimia yang setara dengan Lego karena terbuat dari dua blok bangunan, hidrogen dan karbon monoksida, yang masing-masing dapat digunakan untuk membuat sejumlah besar bahan kimia penting dalam industri.
Sayangnya, sebagian besar syngas di seluruh dunia dibuat dengan mereformasi metana—salah satu gas rumah kaca paling kuat—menggunakan uap pada suhu tinggi.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Mampu Menilai Kepribadian Berdasarkan Foto
Mencari cara untuk menggunakan teknik ‘menutup lingkaran karbon’ pada pembangkit listrik masih perlu dipelajari lebih lanjut. Namun, para peneliti yakin, metodenya akan lebih murah dan terukur dibanding opsi lain.
Tim sedang bersiap untuk menguji konsep mereka dalam pengaturan yang lebih besar dan lebih rumit untuk memastikannya tetap efektif jika diaplikasikan dalam kondisi kimia yang keras di pabrik industri di kehidupan nyata.
Studi dipublikasikan pada Advanced Energy Materials.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR