Lalu akulturasi dan keberagaman tampil lagi di pelataran depan jalan candi. Kali ini 40 topeng hasil lomba inovasi ditampilkan lewat berbagai tarian daerah, dari Lenong Betawi sampai Wayang Orang.
Pagelaran tari topeng yang diberi judul Parade Mahakarya Topeng Nusantara ini diakhiri dengan berkumpulnya para penari di tengah pelataran dan jalan setapak di depan candi.
Lagu lawas pemenang Lomba Cipta Lagu Remaja Dasa tembang Tercantik 1979, Kharisma Indonesia, karya Budiman Hakim & IG Ngurah Gde, berkumandang. Dengan arensemen baru yang dibuat Oblet.
Saat terdengar irama dan lirik lagu:
“Bersama kita melagukan irama
Puji kharisma alam Indonesia
Bangsa yang ramah
marilah semua bersatu berpadu…”
Tarian Bali yang glamour pun muncul sebagai dengan berbagai topeng tradisionalnya , lalu seluruh penari bermunculan dari balik reruntuhan dan jalan setapak.
Adegan penutup tarian ini saat para penari membuka topengnya masing-masing dan menjunjung topengnya ke udara. Setiap sikeun lamanya tak lebih dari lima menit. Total tujuh sikuen itu hanya 35 menit.
Denny Malik berharap eksplorasi topeng-topeng Nusantara tak hanya berhenti saat pandemi ini saja.
“Parade topeng ini kalau bisa setiap tahun ada. Karena topeng ini ikonnya Indonesia selain Batik,” begitu keinginan Denny.
Baca Juga: Bertahan di Tengah Pagebluk, Para Seniman Wayang Orang Berteman dengan Teknologi
Bagi Denny, Mahakarya Topeng Nusantara ini merupakan alat pengingat. Kondisi pandemi membuat manusia harus introspeksi. Bahwa dalam hidup ini ada kelahiran, ada yang jahat, ada yang lembut, ada kepercayaan yang berkembang juga ada alam yang harus terus dijaga
Pagelaran tari ini tanpa penonton, karena masih pandemi. Namun masyarakat bisa melihat rekaman pagelaran yang akan ditayangkan TVRI dan berbagai platform media sosial.
Pentas seni ini adalah dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional 2020 yang digelar secara virtual di berbagai daerah Indonesia. Pentas virtual ini melibatkan hampir 5.000 pekerja seni, yang diklaim menjadi pementasan virtual terbesar di dunia yang akan tayang mulai tanggal 31 Oktober dan berakhir 30 November 2020.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR