Baca Juga: Manu, Ngana, dan Kaba: Cerita Hewan-Hewan Kurban Orang Bajawa
“Gereja perdana buatan Portugis bernama St. Lucia, sebelum hancur dan dibangun kembali di lokasi yang berbeda tahun 1899 dengan nama St. Ignasius Loyola sebagaimana tampak sekarang,” kata pria yang mahir mencipta lagu-lagu inkulturatif etnik-gereja ini.
Gereja tua Sikka termasuk salah satu latar yang dipilih sutradara Nia Dinata untuk filmnya Ini Kisah Tiga Dara. Selain itu, sejumlah lokasi menawan di Kabupaten Sikka juga masuk dalam film ini, di antaranya Pantai Pangabatang, Hutan Mangrove Baba Akong, Koka Beach, Tanjung Kajuwulu, dan Pasar Geliting. Para pejalan membutuhkan dua-tiga hari untuk menjelajahi semuanya.
Seperti daerah-daerah Katolik dengan tradisi Portugis yang masih bertahan, Semana Santa atau Pekan Suci Paskah adalah momen yang paling dinanti di Sikka. Warga mewarisi ritual yang dinamakan Logu Senhõr.
Pada Hari Jumat Agung—mereka menyebutnya Sexta Feira—orang-orang berbondong mengerumuni gereja dan sanak famili berdatangan. Acara ini berlangsung hingga subuh, sehingga kampung pun tampak berpendar diterangi nyala lilin para peziarah.
Baca Juga: Reis, Adab Orang-orang Manggarai Barat dalam Menyambut Tetamu
Dalam balutan pakaian serba hitam, ritual Logu Senhõr melambangkan ungkapan kedukaan atas kematian Yesus. Senhõr, tak lain adalah panggilan kemuliaan bagi Sang Mesias, diimani sebagai junjungan tertinggi melebihi semua jabatan pemimpin dunia.
Di sela-sela napak tilas adegan sengsara Senhõr, sekawanan pria yang wajahnya tertutup kerudung lancip memikul peti hitam berisi salib kuno mengelilingi kampung. Suasana dipuntal kekhidmatan manakala orangorang berjalan satu per satu membungkukkan badan di bawah tandu peti itu, dan kidung berbahasa Portugis ‘Para Encontrar A Paz Interior’ diperdengarkan.
Senhõr, eu creio, mas aumenta a minha fé!
Senhõr, se quiserdes podeis curar me
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR