Cerita oleh Muhamad Buharto
Foto oleh Muhamad Buharto dan Yus Juliadi
Nationalgeographic.co.id—Di Manggarai, tuan rumah yang baik adalah tuan rumah yang bisa menyambut tamu dengan segenap keramahan dan kerendahan hati. Inilah secuplik kisah dari Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sebelum gelas-gelas kopi disuguhkan dan obrolan dilakukan, tuan rumah memulainya dengan menjabat tangan sang tamu dan mengucapkan beberapa kalimat sapaan dalam Bahasa Manggarai.
Ketiadaan kalimat sapaan bisa mempengaruhi relasi komunikasi antara tuan rumah dan sang tamu selama kunjungan berlangsung. Untuk beberapa orang tua, mereka memberi pesan kepada anak-anaknya yang sedang mencari jodoh, “kawe ata bae reis meka! (carilah pasangan hidup yang bisa menerima, menyambut, dan memuliakan tamu!”
Baca Juga: Mengenal MARPOL 73 dan Apa-Apa Saja yang Bisa Dibuang ke Laut
Callum MacKinnon (22) kelihatan bingung. Beberapa warga yang datang bertamu sore itu menjabat tangannya lalu disusul sapaan dengan kalimat yang ia tidak mengerti. Satu-satunya yang ia bisa terjemahkan adalah senyuman yang mengembang dari wajah orang-orang itu untuknya.
Setiap kali selesai berjabatan tangan, orang-orang itu akan mengatakan satu kalimat sembari kepala sedikit terangkat dan bibir mengukir senyuman. Melihat kebingungan Callum, orang-orang itu lantas tertawa. Melihat mereka tertawa, Callum juga ikut tertawa. Lalu ruang tamu rumah sore itu penuh dengan canda tawa yang hangat.
“Itu cara kami menyambut tamu, namanya reis”, kata salah seorang Bapak tua memberi penjelasan yang segera saya terjemahkan ke dalam Bahasa Inggris untuk Callum. Mendengar penjelasan saya, bule Australia itu kemudian mengangguk-angguk dan menatap beberapa orang warga yang telah menyalaminya sembari menangkupkan tangan kanannya di dadanya.
“Terima kasih”, katanya dalam Bahasa Indonesia, satu-satunya kosa-kata Bahasa Indonesia yang ia baru pelajari.
Source | : | Muhamad Buharto & Yus Juliadi |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR