Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda menonton dua sekuel Zombieland yang dibintangi Jesse Eisenburg dan Emma Watson? Atau mungkin Anda pernah menonton serial Walking Dead di televisi dan aplikasi streaming daring Anda?
Jika Anda pernah menonton dan menggemari film dan serial tersebut atau sejenisnya, mungkin mental Anda cukup siap menghadapi pagbluk Covid-19 yang tengah berlangsung.
Ungkapan tersebut sebagaimana temuan sejumlah peneliti dari The University of Chicago dan Pennsylvania State University, dalam laporan mereka yang dipublikasikan di Science Direct.
Dalam hasil temuan mereka, film bergenre 'prepper' seperti serangan alien, apokaliptik, dan zombie dapat penggemarnya memiliki ketahanan dan kesiapan mental yang lebih besar selama pandemi, lalu diikuti oleh film bergenre horor.
Baca Juga: Bangkitnya Perfilman Korea Selatan Sebagai Identitas Nasional
Penelitian ini dilakukan menggunakan survei kepada 310 responden pada bulan April 2020 saat masa awal pagebluk. Sehingga para peneliti menganggap mereka belum terlalu yakin atas penyebaran pagebluk, terutama di sekitar mereka.
Terdapat 13 hal pokok bahasan yang dalam survei yang diberikan para peneliti, untuk menilai ketahanan mental positif dan negatif dari responden. Dalam setiap bahasan, terdiri dari 6 pertanyaan yang membahas seputar kesiapsiagaan menghadapi pagebluk.
Responden kemudian menunjukkan sejauh mana mereka menyukai film dan serial bergenre horor, zombie, psikologis, supernatural, apokaliptik, fiksi ilmiah, serangan alien, kejahatan, komedi, dan percintaan.
Mereka ditanyai pula mengenai pengalaman hubungan referensi mereka di masa lalu untuk masa kini, dan minat mereka pada cerita film yang membahas pagebluk.
Baca Juga: Apa Arti Tanda-Tanda yang Berada di Sebuah Landasan Penerbangan?
Berdasarkan hasil analisa, para peneliti beranggapan bahwa film fiksi ilmiah memungkinkan pemirsanya untuk menjelajahi dunia imajinasinya untuk bertahan menghadapi predator berbahaya, menghadapi situasi sosial, dan melatih keterampilan membaca pikiran serta manajemen emosi.
"Dalam studi ini, kami menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih sering menyaksikan fenomena fiksi yang menakutkan, seperti penggemar horor dan rasa penasaran yang tidak wajar, menunjukkan ketahanan psikologis yang lebih kuat selama pagebluk Covid-19," tulis mereka.
"Apa yang bisa kita pelajari dari film horor? Meskipun kebanyakan orang menonton film horor dengan tujuan untuk dihibur daripada mempelajari sesuatu, cerita menakutkan menghadirkan banyak kesempatan untuk belajar," ungkap mereka.
Fiksi horor memungkinkan penontonnya melatih emosi negatif dalam suasana yang aman, berkat rasa takut pada pembunuh dan monster dalam tontonan. Sehingga, penonton dapat mengasah strategi untuk menghadapi ketakutan dan lebih tenang menghadapi situasi menakutkan di kehidupan nyata.
Baca Juga: Histeria Beatlemania Saat Pendaratan Pertama The Beatles di AS
"Apa yang kami temukan adalah bahwa orang-orang yang menonton jenis film tertentu sebelum pagebluk tampaknya terbantu oleh hal-hal tersebut selama pagebluk," kata John Johnson, salah satu peneliti dari Pennsylvania State University, dilansir dari Eurekalert.
Di sisi lain, terdapat sejumlah penonton yang mungkin baru saja menonton film jenis tersebut selama Covid-19 mengintai dunia.
Johnson mengungkapkan, mereka mungkin terlambat dalam menghadapi paglebuk ini. Ia menilai, tak ada kata terlambat untuk menonton tayangan tersebut untuk menghadapi rintangan mental lainnya.
Baca Juga: Kesehatan Mental Anak Muda dan Kelompok Minoritas Menurun Selama Pandemi
"Namun, pemahaman saya tentang pagebluk dan peristiwa lain yang menantang hidup adalah bahwa tantangan serupa di masa mendatang benar-benar tak terelakkan," ungkapnya.
"Ini memperkuat keyakinan saya bahwa mengonsumsi cerita dari buku, film, dan mungkin bahkan video game bukan hanya sekadar hiburan iseng, tetapi cara bagi kita untuk membayangkan realitas simulasi yang membantu kita untuk menghadapi berbagai tantangan di masa mendatang," terangnya.
Source | : | eurekalert,Science Direct |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR