"Gempa dan tsunami raksasa dari jalur-jalur tunjaman lempeng dipastikan terjadi berulang. Jalur-jalur ini akan tetap menghasilkan gempa dan tsunami raksasa di masa datang. Tiap-tiap jalur memiliki waktu perulangan ratusan hingga ribuan tahun," terangnya, dikutip dari Antara, September 2020.
Baca Juga: 10 Tahun Tsunami Pangandaran, Tsunami Dahsyat Tanpa Isyarat Gempa
Namun pada 2018, Kevin Lamar Stuart peneliti dari Department of Geological Sciences Brigham Young University menguak adanya tsunami besar 1.300 tahun yang lalu yang melanda Pangandaran dan Cilacap.
Stuart menganalisa sejumlah endapan di Kota Pangandaran dan kecamatan Adipala, Cilacap yang berhubungan dengan sisa tsunami. Sampel endapan yang diteliti yakni dari Situs Batu Kalde dan Gua Panggung di Cagar Alam Pangandaran, dan sejumlah titik di Adipala.
Baca Juga: Rasa Asam Unik dari Pangandaran
Dalam tesisnya Discovery of Possible Paleotsunami Deposits in Pangandaran and Adipala, Java, Indonesia Using Grain Size, XRD, and 14C Analyses, ia juga membandingkannya dengan data temuan LIPI sebelumnya.
Setidaknya ada lima sampel yang dikumpulkan dari Situs Batu Kalde. Sampel itu berupa pasir aragon dan fosil laut yang berada diatas di atas lapisan temuan arkeologis Batu Kalde setinggi hingga lima meter.
"Kemungkinan lapisan ini diendapkan oleh tsunami, yang berpotensi ditimbulkan oleh dorongan besar gempa bumi," tulisnya.
Fosil laut yang ditemukan diperkirakan berusia sekitar 5.600 tahun. Tetapi ketika diamati letaknya yang berada di atas bangunan Hindu kuno itu, Stuart menemukan meyakini fosil itu bisa di sana pada 1.300 tahun yang lalu.
"Dengan mempertimbangkan data permukaan laut dan pengangkatan yang disebutkan serta ketinggian dan topografi situs dan daerah sekitarnya, tampaknya sangat tidak mungkin bahwa kombinasi penurunan permukaan laut dan pengangkatan pantai selama 5600 tahun yang lalu," terang Stuart.
Source | : | ResearchGate,lipi.go.id |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR