Nationalgeographic.co.id—Langkah-langkah pemabatasan sosial seperti lockdown, karantina wilayah, dan sejenisnya di masa pandemi COVID-19 ini dikhawatirkan bakal memperbanyak jumlah orang-orang yang hidup dengan hikikomori. Tidak hanya di Jepang, tapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia.
Hikikomori adalah penarikan diri yang ekstrem yang dilakukan seseorang dengan hanya menghabiskan sebagian besar waktunya hanya di dalam satu ruangan selama minimal enam bulan dan bahkan seterusnya. Masalah menarik diri dari interaksi sosial atau mengisolasi diri ini banyak ditemui pada anak-anak muda di Jepang.
Masalah penarikan sosial yang ekstrem pada anak-anak muda di Jepang ini pertama kali mendapat perhatian selama tahun 1990-an. “Ini adalah periode ketika Jepang mengalami "zaman es" ekonomi, yang membuat banyak anak muda kesulitan untuk mencapai tujuan mereka,” tulis Maki Rooksby dan Hamish J. McLeod dari University of Glasgow serta Tadaaki Furuhashi dari Nagoya University dalam sebuah pemaparan hasil studi mereka di laman The Conversation.
Banyak yang merespons zaman es ekonomi di Jepang itu dengan bersembunyi untuk menyembunyikan rasa malu yang mereka rasakan. Sebagian dari mereka bahkan tak kunjung muncul Kembali dari persembunyian mereka.
Source | : | The Conversation,World Psychiatry |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR