Nationalgeographic.co.id—Sumatra Utara tak hanya menyediakan wisata kuliner di Kota Medan dan wisata perairan di Danau Toba. Berjarak sekitar empat jam dari Kota Medan, kita bisa menjumpai suatu kawasan hijau nan asri yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Nama kawasan ini adalah Tangkahan.
"Kami sadar Taman Nasional Gunung Leuser merupakan surga bagi kehidupan liar. Kami berupaya agar surga itu dapat menghidupi kami. Agar binatang, tumbuhan, dan kami dapat hidup berdampingan dengan saling menghargai."
Demikian petikan kalimat dari warga Tangkahan, desa kecil yang berada di wilayah Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser.
Tangkahan adalah suatu destinasi konservasi yang menyimpan potensi besar untuk menjadi salah satu satelit pariwisata bagi ibukota Sumatra Utara. Tangkahan adalah rumah bagi para gajah liar, satwa penjaga hutan di kawasan itu. Tangkahan memungkinkan Anda untuk naik dan memandikan gajah. Mengunjungi desa Kuala Buluh dan menceburkan diri di Sungai Batang Serangan.
Baca Juga: Terrario Tangkahan, Vila Nicholas Saputra dan Panorama Surga Gajah
Di Tangkahan ini kita bisa melihat dan belajar bagaimana manusia bisa bersahabat dengan gajah. Di kawasan alam ini, konfilk antara manusia dan gajah bisa terhindari karena adanya sikap saling hormat dan sayang di antara mereka.
Di kawasan konservasi ini pula, kita bisa mendapatkan contoh pengalaman nyata dari bentuk penjelajahan tropis. Hutan basah, pohon-pohon tua, sungai yang airnya jernih, serta sikap penghormatan orang-orang lokal terhadap gajah-gajah liar yang mereka anggap sebagai datuk-datuk atau tetua mereka.
Mari bertualang ke Sumatra Utara dan mengunjungi Tangkahan. Jadilah pejalan bijak yang berinteraksi dan belajar kearifan dari masyarakat lokal di destinasi kunjungan kita.
"Melalui perjalanan ini, kami ingin mengajak publik untuk merasakan dan melihat langsung bagaimana pengelolaan wisata yang berbasiskan masyarakat. Apalagi ini lokasi penjelajahan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser yang menjadi Warisan Alam Dunia UNESCO," ujar Didi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR