Nationalgeographic.co.id—DHC Dash 7, pesawat mungil berpenumpang sekitar 40 orang ini membawa saya keluar dari bentangan saput awan, mendekati rupa bumi Sulawesi Selatan. Saat sedang keasyikan memandangi bentang alam bertatah hijau perbukitan, muncullah pemandangan menakjubkan.
Tasik biru pekat terhampar di depan mata, menguarkan kharisma penuh misteri. Bisingnya mesin tak lagi terhiraukan. Napas saya tertahan. Inilah Matano, danau yang lahir empat juta tahun silam.
“Matano memiliki lebih banyak spesies ikan endemik dibandingkan danau lainnya di Sulawesi,” ungkap Lukman, peneliti Limnologi LIPI. “Lihat saja ikan-ikan Thelmaterina, tubuhnya berwarna-warni, mirip ikan laut. Padahal, ikan danau di tempat lainnya rata-rata berwarna gelap, hitam atau cokelat,” paparnya.
Baca Juga: Singkap Bencana, Peradaban, dan Perburuan Sains Danau Matano
Penulis | : | Titania Febrianti |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR