Nationalgeographic.co.id—Penyair Khalil Gibran pernah menggubah syair berjudul "Anakmu Bukan Milikmu". Petikan sebagian isi syair tersebut begini:
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Kutipan syair dari Khalil Gibran di atas tampaknya harus dibaca dan dipahami oleh semua orang tua. Sebab, masih banyak saja orang tua yang memperlakukan anak-anak mereka dengan sewenang-wenang, semau mereka, bahkan melibatkan tindakan kekerasan.
Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena orang tua memukul anak banyak ditemukan bahkan terekam di berbagai belahan dunia. Padahal menurut sains, itu bukanlah bentuk hukuman yang pantas bagi anak-anak.
Para dokter anak dan ahli saraf sebenarnya telah menyerukan penghentian praktik tersebut. Namun begitu, banyak orang tua tampaknya masih meyakini itu cara terbaik untuk mendidik anak mereka yang nakal ataupun yang mereka anggap telah berbuat salah.
Dan kini, ada bukti sains terbaru bahwa cara tersebut benar-benar keliru dan bisa berdampak sangat buruk. Sebuah studi terbaru dari Harvard University yang terbit di jurnal Child Development menemukan bahwa memukul pantat mungkin lebih merusak perkembangan anak daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Baca Juga: Naskah Kuno Alkitab dan Mumi Anak Kecil Ditemukan di Gua Horor Israel
Para peneliti menemukan bahwa memukul anak-anak sebagai bentuk disiplin dapat mengubah perkembangan otak mereka dengan cara yang mirip dengan bentuk pelecehan yang lebih parah. Pemukulan ini bisa memicu area otak mereka yang terlibat dalam persepsi ancaman dan secara langsung mengubah pengambilan keputusan mereka.
Perkembangan otak yang berubah ini dapat memiliki konsekuensi serius pada anak-anak di masa mendatang.
“Kami tahu bahwa anak-anak yang keluarganya menggunakan hukuman fisik lebih cenderung mengembangkan kecemasan, depresi, masalah perilaku, dan masalah kesehatan mental lainnya, tetapi banyak orang tidak menganggap memukul sebagai bentuk kekerasan,” kata Katie McLaughlin, direktur Stress & Development Lab di Departemen Psikologi di Harvard, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh IFL Science.
"Dalam studi ini, kami ingin memeriksa apakah ada dampak memukul pada tingkat neurobiologis, dalam hal bagaimana otak berkembang."
Baca Juga: Perundungan Anak Bisa Berefek Seumur Hidup bagi Korban dan Pelakunya
Penelitian tersebut menyelidiki otak dari 40 anak yang pernah dipukul dan membandingkannya dengan sampel 107 anak yang tidak pernah dipukul. Setiap anak diminta untuk menjelaskan apakah mereka pernah dipukul di masa lalu atau tidak, dan juga dinilai apakah mereka pernah mengalami pelecehan seksual atau pelecehan fisik yang serius.
Setelah dipisahkan menjadi beberapa kelompok, para peserta ditempatkan di bawah pemindai MRI dan diperlihatkan wajah para aktor yang menunjukkan emosi yang berbeda untuk periode waktu yang berbeda-beda untuk melihat aktivitas otak masing-masing anak. Anak-anak yang dipukul menunjukkan aktivitas saraf yang lebih besar pada wajah yang "ketakutan", dan ini juga terlihat pada anak-anak yang mengalami pelecehan serius, dengan tidak ada perbedaan aktivitas otak di antara kedua kelompok tersebut.
Perbedaan reaktivitas ini menunjukkan kesamaan yang kuat dalam perkembangan anak-anak yang mengalami pelecehan dan anak-anak yang dipukul. Namun perekembangan otak kedua kelompok itu berbeda dari mereka yang tidak pernah dipukul.
"Meskipun kita mungkin tidak mengkonseptualisasikan hukuman fisik sebagai bentuk pelecehan, dalam hal bagaimana otak anak merespons, itu tidak jauh berbeda dengan pelecehan," kata McLaughlin.
Studi ini memiliki beberapa batasan, antara lain para peneliti tak mengukur seberapa parah anak-anak tersebut dipukul. Selain itu, studi ini juga tidak menjelaskan mengapa perbedaan ini terlihat antara anak-anak yang dipukul dan tidak dipukul, yang mungkin akan menjadi objek penelitian di masa mendatang.
Bagaimanapun, studi ini adalah sebuah riset yang penting yang menyoroti beberapa perbedaan dampak perkembangan penting anak dari hasil seluruh gaya pengasuhan anak.. Studi ini mengajukan gagasan bahwa hukuman fisik pada anak tak jauh berbeda dari bentuk pelecehan anak.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR