Nationalgeographic.co.id—Pada 1926, Fritz Kah menyelesaikan Man as Industrial Palace, litograf terkemuka dalam lima jilid publikasinya The Life of Man. Sebuah ilustrasi menunjukkan tubuh manusia yang sibuk dengan para pekerja pabrik yang kecil. Mereka dengan riang mengoperasikan otak yang penuh dengan switchboard, sirkuit, dan manometer.
Di bawah kaki mereka terdapat jaringan pipa, saluran, dan sabuk konveyor yang cerdik dan membentuk sistem peredaran darah.
Sebuah alat yang saat ini dalam tahap perkembangan embrio, yang disebut "farmasi hidup yang dapat ditanamkan" berasal dari imajinasi Kahn. Konsep ini sedang dikembangkan oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang bekerja sama dengan beberpaa universitas, terutama Northwestern dan Rice.
Para peneliti membayangkan sebuah pabrik mini, terselip di dalam microchip yang akan memproduksi obat-obatan dari dalam tubuh.
Obat-obatan tersebut kemudian akan dikriimkan ke target yang tepat atas perintah aplikasi seluler. Tujuan awal DARPA ini adalah untuk mengurangi jet lag.
Jet lag merupakan gangguan ritme sirkadian, irama biologis harian yang mengatur waktu internal semua organisme di Bumi. Saat kita terbang melintasi zona waktu, ketidakselarasan internal dapat menyebabkan kelelahan, pusing, dan disorientasi.
Baca Juga: Sains Tidur: Apa yang Sejatinya Terjadi pada Otak Ketika Kita Tidur?
Studi pada 2019 menemukan bahwa kewaspadaan dan kinerja petugas kesehatan sangat terganggu saat jaga malam. Pekerja dari semua jenis sering menderita gangguan ritme sirkadian, menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar dari sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular.
Farmasi implan, yang masih dalam pengembangan "bukti konsep," sebenarnya dibayangkan sebagai dua perangkat terpisah, yakni implan microchip dan ban lengan.
Implan akan berisi lapisan sel sintetis hidup, bersama dengan sensor yang mengukur suhu, pemancar nirkabel jarak pendek dan detektor foto. Sel-Sel tersebut bersumber dari donor manusia dan direkayasa ulang untuk melakukan fungsi tertentu.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur
Mereka akan diproduksi massal di lab dan dioleskan ke lapisan lampu LED kecil.
Microchip akan diatur dengan nomor identifikasi unik dan kunci enkripsi, kemudian ditanamkan di bawah kulit dalam prosedur rawat jalan. Chip akan dikendalikan oleh hub bertenaga baterai yang terpasang pada ban lengan. Hub itu akan menerima sinyal yang dikirimkan dari aplikasi seluler.
Seorang insinyur komputer yang sekarang menjadi profesor Universitas Northwestern, Josiah Hester, saat ini sedang mengoordinasikan desain hub eksternal farmasi implan dari lab Evanston, Illinois.
Untuk melindungi dari peretasan dan malware, pengguna harus mengonfirmasi perintah apa pun yang mereka ketuk ke telepon mereka di hub. Data pengguna akan disimpan di hub itu sendiri.
"Jika perusahaan seperti Microsoft atau Apple mencoba mengintegrasikan ini ke dalam produk mereka, harus ada diskusi sosial yang signifikan tentang itu—ini adalah data yang sangat sensitif,” kata Hester di laman Smithsonian.
Baca Juga: Studi: Pandemi Membuat Kualitas Tidur Sebagian Orang Memburuk
Yang terpenting, implan tidak berguna tanpa ban lengan. Kapan saja, untuk alasan apapun, pengguna cukup melepas ban lengan dan microchip akan segera dinonaktifkan.
Kepala Sleep and Circadian Neuroscience Institute di Universitas Oxford, Russel Foster menyorot kemampuan microchip untuk melepaskan obat pada waktu yang tepat sebagai manfaat penting, terutama untuk populasi yang rentan.
Dia adalah profesor yang tidak berafiliasi dengan proyek tersebut, namun ia adalah seorang pendukung yang antusias.
"Jika saya harus pergi ke panti jompo dan perlu memastikan saya mendapatkan obat saya pada waktu yang tepat, saya pasti akan mendapatkan microchip," katanya kepada Smithsonian.
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR