Penelitian yang dilakukan Giovanni Covone dan tim dari berbagai lembaga itu, berfokus pada kondisi yang diperlukan untuk fotosintesis berbasis oksigen untuk berkembang di suatu planet.
Dengan pandangan itu--yang dianggap sebagai standar kondisi Bumi--dapat memungkinkan biosfer kompleks tercipta, seperti menanam tanaman yang membutuhkan radiasi matahari yang cukup.
Diyakini, untuk membuat fotosintesis yang membuat kehidupan subur ada banyak elemen lainnya. Seperti penataan ulang karbon dioksida dan air yang menjadi glukosa, dan molekul oksigen yang sangat berperan. Tetapi tetap saja semua elemen itu membutuhkan kualitas cahaya yang cukup energik untuk menghasilkan reaksi, tanpa menghancurkan protein.
Mereka mempelajari cahaya yang diterima oleh 10 planet ekstrasurya yang layak huni di berbagai jenis bintang.
Para peneliti mengambil ukuran cahaya yang jatuh di permukaan planet yang berbeda, dan panjang gelombang yang membentuk radiasi. Lalu menghitung tingkat, yang disebut sebagai, eksergi, atau jumlah proses yang dapat diekstrak dari sinar bintangnya.
Baca Juga: Oksigen di Planet Lain Bukan Berarti Tanda Kehidupan di Luar Angaksa
Hasilnya, mereka gagal menemukan kecocokan tunggal seperi kondisi atmosfer Bumi. Alasannya, mayoritas kebetulan bintang yang diedari planet-planet ini adalah katai merah. Bintang ini mampu meresap ke bagian dalam planet dengan angin kencang yang dapat dengan cepat melepas atmosfer.
Mereka menulis, bintang dengan suhu sekitar setengah dari Matahari , tidak dapat menopang biosfer yang mirip dengan Bumi. Lantaran, bintang seperti itu tidak menyediakan energi yang cukup dalam rentang panjang gelombang yang benar.
Meski demikian, peristiwa oksigeniknya masih dimungkinkan, tetapi planet-planet seperti itu tidak dapat mempertahankan biosfer yang kaya.
Sedangkan pada bintang katai merah, yang suhunya sepertiga dari suhu Matahari juga kurang lebih sama.
Bintang katai yang suhunya lebih dingin, mustahil dapat memberikan intensitas panjang gelombang yang tepat untuk mengaktifkan fotosintesis.
"Karena katai merah adalah jenis bintang yang umum di galaksi kita, hasil ini menunjukkan bahwa kondisi seperti bumi di planet lain mungkin jauh lebih jarnag dari yang kita harapkan," kata Covone, dikutip dari rilis.
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR