“Mononykus adalah salah satu alvarezsaurus kecil, panjangnya hanya sekitar satu meter, tapi mungkin beratnya 4-5 kilogram, seperti ukuran kalkun Natal. Lengannya pendek dan kekar dan kehilangan semua jari kecuali satu jarinya yang termodifikasi menjadi seperti paku pendek. Itu tampak seperti lengan kecil yang kuat, tidak bagus untuk meraih sesuatu, tetapi ideal untuk membuat lubang di sisi gundukan rayap.”
“Menariknya, dinosaurus alvarezsaurus memang tidak berukuran kecil atau memakan serangga pada awalnya,” kata rofesor Jonah Choiniere di Afrika Selatan, rekan penulis makalah studi ini. Dia adalah yang yang pertama kali melaporkan temuan alvarezsaurus paling awal di Tiongkok.
“Nenek moyang mereka, seperti Haplocheirus, relatif besar, hampir seukuran burung unta kecil, dan gigi tajam mereka, kaki depan fleksibel, dan mata besar menunjukkan bahwa mereka memiliki pola makan campuran.”
Baca Juga: Spesies Baru Kadal Ditemukan Setelah Sebelumnya Diduga sebagai Burung
Zichuan Qin mengambil semua pengukuran ukuran tubuh alvarezsaurus dan memetakannya di sepanjang pohon evolusi alvarezsaurus. “Perhitungan saya menunjukkan bagaimana ukuran tubuh naik dan turun selama 90 juta tahun pertama mereka eksis, mulai dari seukuran kalkun hingga seukuran burung unta, dan rata-rata 30-40 kilogram,” papar Zichuan. “Lalu, 95 juta tahun yang lalu, ukuran tubuh mereka tiba-tiba turun menjadi 5 kilogram, dan bentuk cakar mereka berubah dari posisi mencengkeram dan memotong menjadi melubangi.”
“Ini adalah hasil yang sangat aneh, tetapi tampaknya benar,” ucap Profesor Xing Xu, co-supervisor Zichuan di Beijing. “Semua dinosaurus lain semakin besar, tetapi satu kelompok pemakan daging ini semakin kecil, dan ini dikaitkan dengan kehidupan mereka di pohon dan terbang. Mereka akhirnya menjadi burung. Kami telah mengidentifikasi peristiwa miniaturisasi kedua—tetapi itu bukan untuk penerbangan, tetapi untuk mengakomodasi menu makan mereka yang sama sekali baru, beralih dari daging ke rayap."
Source | : | SciTechDaily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR