Burov adalah seorang lelaki tegap dengan dada bidang yang membuat jas tampak kesempitan. Dia senang berbicara tentang masa depan kota tersebut, tidak tentang masa lalunya yang berdarah. Bermitra dengan Rosneft, tuturnya, pemerintah kota itu memiliki rencana ambisius membangun ulang Nefteyugansk. Kembalilah ke sini dua tahun lagi, katanya, dan saya akan melihat kota yang sama sekali berbeda, bahkan mungkin ada klub kapal pesiar. Setelah wawancara, sekretaris persnya memperlihatkan sebuah gedung olahraga dalam ruangan dengan kolam renang ukuran Olimpiade. Di alun-alun kota yang ditebari pipa beberapa hari lalu, para pekerja mulai memasang jalan setapak dari batu bata dan membuat bedeng bunga.
!break!
Apakah akhirnya kondisi membaik di Nefteyugansk? Warga terlihat skeptis. “Mungkin Rosneft merasa senang bisa berada di sini,” ujar Vasily Voroshilov, seorang tukang perbaikan sumur minyak berusia 52 tahun. “Namun tak demikian yang kami rasakan.”
Skeptisisme itu juga terlihat pada banyak pengamat di luar Rusia, yang menyatakan bahwa merampas kendali sebuah perusahaan minyak tak sama dengan menjalankannya. Tentang pengambilalihan perusahaan minyak Rusia oleh Kremlin, seorang analis mengatakan, ”Anda bisa mencuri mobil Chevy, namun tak berarti Anda tahu cara mengendarainya.”
Meskipun dapat menghasilkan banyak uang, minyak sama-sama bisa menjadi kutukan dan berkah bagi negeri seperti Rusia. Pada awal 1990-an, sebelum panen minyak, Boris Yeltsin menyemangati daerah-daerah untuk mengambil otonomi sebanyak-banyaknya. Saat itu potensi Rusia untuk keberagaman politik dan demokrasi rakyat kecil gaya barat berada pada titik tertinggi. Ketika harga minyak naik menjelang akhir dekade itu, Kremlin menyadari bahwa sumber kekayaan ini bisa digunakan mendorong kebangkitan global Rusia yang pernah tercapak.
Keselamatan karena minyak sejak saat itu menjadi kredo bangsa. “Minyak,” ujar pelajar berusia 16 tahun di sekolah bagi pelajar berbakat di bidang matematika di Khanty-Mansiysk, “adalah jalan satu-satunya agar bangsa kami bisa bangkit dan selamat.” Sebetulnya, ada banyak cara agar bangsa Rusia, yang kreatif dan terpelajar, bisa memulihkan negerinya. Namun, minyak menandakan keperkasaan bangsa, dan warisan minyak Rusia menciptakan semboyan-semboyan patriotik yang nyaris terdengar seperti mantra. Pada perayaan Hari Perminyakan, salah satu lagunya, yaitu sebuah penghormatan pada kekuatan gabungan neftyaniki, berbunyi, “Kami adalah jari yang dikepal menjadi tinju.”
“Status adidaya Rusia sekarang berasal dari energi, bukan dari militernya,” ujar Julia Nanay, seorang direktur senior di PFC Energy, sebuah perusahaan konsultan global yang bermarkas di Washington DC. “Kremlin menentukan nasib minyak di Siberia bagian barat. Mereka ingin mengendalikan jumlah produksi dan ekspor untuk memperbesar pengaruh geopolitik Rusia.”
!break!
Sama seperti tsar di masa silam yang memonopoli komoditas berharga seperti bulu binatang dan garam, Kremlin menginginkan kendali langsung atas minyak—dan kaum oligarki yang memproduksinya. Yang menurut, selamat; yang menentang berisiko menerima nasib seperti Khodorkovsky atau lebih buruk lagi.
Salah satu yang selamat adalah Vagit Alekperov, presiden perusahaan minyak swasta terbesar di Rusia, Lukoil. Merintis karier dengan bekerja di anjungan dekat kampung halamannya di Baku, Alekperov dikirimkan ke Siberia pada akhir 1970-an untuk mengelola sebuah tim produksi minyak. Terkenal memiliki paham paternalisme yang kuat, dia membuat murka para pekerjanya karena melarang penjualan minuman keras di desa tersebut. Beberapa pekerjanya mengambil senapan berburu dan menembak pondoknya, namun Alekperov yang selalu selamat itu tidak berada di sana saat itu.
Pada hari-hari terakhir Uni Soviet, Alekperov mendirikan Lukoil dari aset minyak utama di Siberia bagian barat. Saat ini perusahaan tersebut menjadi perusahaan global multinasional yang memiliki cadangan hidrokarbon yang hanya kalah dari ExxonMobil—serta sekitar 2.000 pompa bensin di AS. Walaupun sebagian besar cadangan Lukoil berada di Siberia bagian barat, Alekperov tetap mempertahankan kantor pusatnya yang berjarak hanya tiga kilometer dari Kremlin. Seperti para penyintas lainnya, dia tahu bahwa dia harus memperhatikan setiap perubahan dalam suasana politik yang bisa mempengaruhi nasib Lukoil, apa pun bentuknya.
Berpenampilan istimewa dengan kulit cokelat dan rambut lebat keperakan, Alekperov mengenakan busana yang dibuat sempurna. Walaupun keras, dia juga bisa tampak memukau. Ketika ditanya apakah konsumen minyak dunia akan merasa nyaman sementara Rusia mengendalikan bagian besar persediaan minyak dunia, dia bersandar di kursinya, tersenyum lebar, dan bertanya, “Apakah saya terlihat seperti beruang?” Saya tak mampu menahan tawa. “Kami sekadar mencari uang.”
!break!
Setelah menelan Yukos, mungkinkah Kremlin berikutnya ingin mencaplok Lukoil? “Saya kira pemerintah atau presiden Rusia tak akan membidik perusahaan seperti kami,” bantah Alekperov. Saya putuskan tak menyebutkan bahwa Khodorkovsky mengatakan hal yang sama tak lama sebelum dia ditahan.
Basis operasi Lukoil di Khanty-Mansi adalah kota Kogalym. Tanaman bunga di pinggir jalan dibentuk menjadi nama perusahaan minyak itu, tak jauh dari kubah emas katedral Kristen Ortodoks Rusia dan menara hijau sebuah masjid. Di sebuah rumah bersalin yang telah direnovasi—yang disebut orang Rusia sebagai roddom—Dr. Galina Pustovit, kepala bagian ginekologi memamerkan peralatan medis berstandar barat yang baru. Di negara tempat banyak wanita melahirkan anaknya dalam gedung zaman Soviet yang berbau kubis busuk dan dinding lembap, fasilitas gemerlap ini seperti hotel bintang empat.
Ketika saya mengatakan kepada Pustovit bahwa industri perminyakan Rusia dikenal korup, sang dokter menatap saya dengan tajam. “Ini semua minyak,” ujarnya, membentangkan tangannya ke seluruh bangsal ginekologi. “Perusahaan minyak yang membangun rumah sakit ini. Semua benda di kota ini dibangun dengan uang minyak, termasuk bulevar kami yang indah.” Jangan hakimi kami terlalu keras, demikian tersirat di wajahnya: Kehidupan di daerah ini lebih baik dari sebelumnya.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR