Selama empat hari dan menempuh jarak 650 kilometer, di laut tenang yang nyaris tanpa es, kapal Healy bergerak ke utara dari Barrow dengan sudut hampir 80 derajat. Kapal itu berukuran 390 meter persegi, sangat stabil, ditingkahi suara halus guncangan mesinnya. Aku sekabin dengan penduduk asli Barrow berusia 26 tahun, Jimmy Jones Olemaun, seorang pengamat dari suku Inupiat yang turut dalam ekspedisi ini untuk memastikan kami tidak mengganggu kehidupan satwa mamalia. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di anjungan kapal, mengawasi laut dengan teropongnya, atau di ruangan tempat berkumpulnya para ilmuwan, memeriksa akun MySpace. Setiap kali aku meninggalkan kamar, dia menurunkan termostat.
!break!
Laboratorium utama berada di dekat ekor kapal, sedikit di bawah garis air dan di bawah hanggar helikopter yang kosong, dan di lapangan basket itulah Mayer yang lahir di Bronx mengalahkan para ilmuwan muda.Kebanyakan peneliti bekerja bergiliran selama delapan jam di laboratorium. Namun, Mayer bekerja dari jam 9 malam hingga jam 9 pagidan dia juga selalu berada di situ saat siang hari. Dia memang keranjingan kerja, suka makan sambil berdiri. Ia adalah anak seorang teknisi pendingin ruangan. Dia sudah mahir menangani peralatan audio visual semasa sekolah dasar, mendapatkan sertifikat menyelam di sekolah menengah atas, dan finalis calon astronaut NASA setelah lulus dari perguruan tinggi. Dia menghabiskan lima tahun dari 30 tahun terakhir di lautan. Saat malam telah larut, dia memasang musik celtic kegemarannya dan mengetukkan sepatu mengikuti irama. Dia juga dengan penuh semangat melihat peta dasar laut tiga dimensi, peta yang mirip Google Earth, dalam program komputer yang dibuat dengan bantuannya. Kadang dia tidak pulang ke kamar dan tertidur sejenak di lantai.
Pusat kegiatan pembuatan peta, yang biasanya dikerjakan oleh seorang ilmuwan junior, memiliki 11 layar dengan susunan yang kacau di dinding. Ada pula dua komputer jinjing, delapan monitor PC, dan satu televisi siaran terbatas, yang menunjukkan semua data. Mulai dari kecepatan angin, salinitas laut, hingga ketebalan sedimen. Monitor terpenting menampilkan garis-garis hijau yang terus bergerak meluas, menyusut, dan berubah bentuk: menunjukkan ping, atau gelombang suara, dari sonar multititik yang ada di bawah lambung kapal. Mayer menentukan kontur dasar laut berdasarkan lama waktu yang diperlukan gelombang untuk memantul kembali. Sonar multititik itu menyapu dasar laut seluas 110 derajat: sekitar 60.000 ping per jam. Sebanyak itulah yang tersedia untuk seluruh Arktika sebelum penelitian Mayer dimulai. Ini ibarat lukisan dengan paintbrush, bukan yang digambar dengan pensil. Kami mengamati Plato Chukchi muncul di bawah kami pada monitor, sonar menimpa peta dalam waktu nyata, seakan-akan menyemprot sederet data yang resolusinya tinggi. Saat ini kami menelusuri tepian Plato Chukchi, tempat bertemunya paparan benua dengan dataran laut-dalamkaki tebing, perincian penting untuk klaim Hukum Kelautan. Pada 2003, perangkat sonar multititik membantu Mayer memetakan gunung bawah laut setinggi 3.050 meter yang belum dikenal, yang ditahbiskan olehnya sebagai Gunung Dasar Laut Healy.
Sementara Mayer memusatkan perhatiannya pada batimetri, sejumlah negara Arktika lainnya mula-mula mengumpulkan data seismik. Pistol udara atau bahan peledak digunakan untuk mengirimkan gelombang kejut yang menembus dasar laut dan menampilkan strukturnya. Kanada dan Denmark menghabiskan dana sekitar puluhan miliar rupiah untuk mengukuhkan sebuah kasus geologis bahwa Punggungan Lomonosovrangkaian pegunungan di bawah laut yang membelah Samudra Arktika, tangga pijak Rusia ke Kutub Utara pada klaim 2001ternyata berhubungan dengan sisi Arktika wilayah mereka. (Karena klaim Amerika akan bergantung pada bentukan yang tampaknya tidak melampaui paralel ke-86, negara itu tidak berhak mengklaim Kutub tersebut. Begitu juga dengan Norwegia). Survei Kanada-Denmark pada musim semi 2006 yang meneliti Lomonosov melibatkan sejumlah perkemahan di es, muatan seberat 440 kilogram di bawahnya, dan para peneliti yang menggunakan helikopter untuk menetapkan tata letak jalur sensor seismik. Pada survei tindak lanjut tahun 2008, Kanada mengirimkan 15.000 kilogram bahan peledak dan 500 kilogram bahan bakar dari Montreal dengan kapal pemecah es, kemudian 30 orang bekerja selama 30 hari dalam suhu di bawah 34°C.
Di Rusia, di sebuah kantor kumuh di jalan belakang di St. Petersburgkawasan yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan kawasan Chilingarov di Dumaseorang ahli geologi yang memimpin usaha pemetaan yang tak menyedot banyak perhatian, menunjukkan kepadaku sebuah foto penelitian seismik di sisi Lomonosov: Beberapa orang sedang mendorong sebuah karung sebesar kendaraan yang dipakai saat bermain golf, berisi dinamit yang mengerikan menuju jalur es yang terbuka. Dia nyaris diserang induk beruang kutub dan dua ekor anak beruang pada saat bertugas.
Mayer punya masalahnya sendiri: Sonar kurang berfungsi baik di es, dan pada tahun yang lazim, Healy terpaksa harus bergerak lambat sekitar tiga atau empat knot untuk bisa mengumpulkan data. Tahun ini sama sekali tidak lazim, dan ini merugikan bagi Arktika, namun menguntungkan bagi misi kami. Misteri yang terus mencekam kami pada pekan pertama adalah lokasi tudung es. Ilmuwan es kami yang berasal dari daerah setempat, Pablo Clemente-Colón, warga Puerto Riko pengisap cerutu, terus saja menjanjikan bahwa kami akan segera menemukannya, dengan menggunakan laporan satelitproduk resmi dengan nama seperti AMSR-E, QuikSCAT, dan RADARSATyang menunjukkan tudung es itu akan kami temukan beberapa jam lagi. Alih-alih, yang kami dapati hanyalah tebaran acak kepingan es yang baru terbentuk atau tidak mendapatkan es sama sekali. Tepian es tampak seperti mundur lebih cepat daripada kecepatan kami menghampirinya, gerakannya begitu cepat sehingga satelit tidak mampu mendapatkan data di lokasinya. Kami ibarat memburu hantu.
Pada 1970-an dan 1980-an, Siberia dan Alaska sama-sama mengalami masa keemasan minyak bumi, tetapi kebanyakan di darat. Lama-kelamaan para pengebor mulai menengok kawasan lepas pantaidan sebuah kota yang dahulu merupakan kota nelayan di Norwegia, Hammerfest, semakin menjadi simbol tentang apa yang akan terjadi kelak. Ketika aku mengunjungi Hammerfest, tempat fasilitas gas alam cair terbaru yang lokasinya paling utara di dunia, Snøhvit, aku mengira akan melihat awal produksinamun ternyata perkiraanku keliru, salah satu di antara sekian banyak kekeliruan perkiraan. Ladang gas berada di Laut Barents, 240 meter di bawah air, dihubungkan oleh jalur pipa sepanjang 145 kilometer dengan kilang ultramodern. Kilang itu, yang terletak di sebuah pulau berumput, di sebelah kota cantik berpenduduk 9.400 orang, adalah proyek industri terbesar di bagian utara Norwegia. Jika dilihat dari pusat pertokoan Hammerfest, yang tampak adalah jalinan rumit sejumlah cerobong asap, lampu, dan pipa, yang berlatar belakang sebuah fjord dan sederet puncak bersalju.
!break!
Untuk saat ini, StatoilHydro, perusahaan yang mengoperasikannya, akan mengalirkan gas naik melalui pipa, mengolahnya, dan mengekspornya dengan kapal tankersebagian gas dialirkan ke Cove Point, Maryland, setengahnya lagi ke Bilbao, Spanyol. Namun, tidak lama lagi, karbon dioksida yang dipisahkan dari gas alam akan menempuh perjalanan ke arah lain menuruni jalur pipa: StatoilHydro akan menyuntikkannya ke dasar laut untuk meredakan pemanasan global. Snøhvit berjanji akan menjadi salah satu proyek minyak bumi paling bersih di dunia. Namun, pada salah satu percobaan, angin meniup abu dari kobaran Snøhvitcerobong asap penghilang gas berlebihyang menyebabkan mobil dan rumah menjadi hitam. StatoilHydro mendatangkan dokter untuk memeriksa apakah terdapat zat penyebab kanker dan membagikan cek ganti rugi kepada penduduk yang marah.
Daya tarik kekayaan minyak bumi menyebabkan hanya ada seorang politisi yang kudapati menentang kilang itu: seorang pemuda berusia 19 tahun dari partai Merah sosialis-revolusioner. Snøhvit membayar Hammerfest sekitar 220. miliar rupiah setahun berupa pajak properti. Kota itu dibanjiri berbagai proyek baru: gedung sekolah yang direnovasi, bandara yang lebih besar, arena olahraga, pusat kesenian berdinding kaca yang sarat dengan peralatan digital. Kereta bayi tampak di seluruh penjuru jalan yang diselimuti salju. Sungguh mudah melupakan bahwa belum berapa lama ini Hammerfest adalah sebuah kota yang nyaris mati, jumlah penduduk menyusut, tempat yang paling sarat kekerasan di Norwegia. Di kantornya yang menghadap ke teluk, seorang pejabat setempat bernama Snorre Sundquist bersikap hati-hati tentang Snøhvit. Orang tidak suka jelaganya, katanya, tetapi, mereka bersedia menerimanya.
Saat itu sudah jam 14:00, Arktika di musim dingin, dan keadaan mulai gelap. Aku melangkah keluar dan tepat waktunya untuk menyaksikan Snøhvit berkobar kembali setelah berbulan-bulan melakukan perbaikan yang berkaitan dengan jelaga. Lidah api menyembur belasan meter dari cerobong asap tertinggi, membuat gunung tampak kecil, memandikan kota dengan cahaya jingga. Dari jarak tiga kilometer dapat kudengar kobarannya, dapat kurasakan panasnya menyengat wajahku.
Apakah masa depan Arktika akan tampak seperti Hammerfestkilang minyak bumi tersebar di pantai, perekonomian bergulir oleh bahan bakar fosil, dan kepingan es rusak oleh kilang-kilang itubergantung pada kemampuan dunia menerima ironi. Dan mungkin bergantung pada seberapa banyak minyak terkandung di kawasan itu. Pada Juli 2008, Survei Geologi AS (USGS) menerbitkan Circum-Arctic Resource Appraisal. Diperkirakan 13 persen minyak dunia yang belum ditemukan atau 90 miliar barel, dan 30 persen gas alam dunia yang belum ditemukan atau 47 triliun meter kubik, mungkin tersembunyi di sini. Namun, mengingat Arktika belum dieksplorasi, laporan USGS ini hanyalah mengandalkan penelitian di atas meja: bersandar pada analogi dan penilaian terbaik dari sudut geologi. Laporan itu hanya sedikit menggunakan penelitian seismik terbaru yang sudah dipatenkan, yang dikumpulkan perusahaan minyak. Mereka malah menggunakan data lama yang tersedia bagi umum.
Sejumlah laporan lain yang tidak seoptimis laporan USGS, mengemukakan bahwa Arktika memang mengandung sejumlah besar gas, namun jauh lebih sedikit minyak. Begitu pun, kebanyakan minyak bumi itu tampaknya berada di dekat pantai. Klaim paparan benua tak perlu diperdebatkan, karena ini berada di dalam kawasan 200 mil laut yang artinya berada di bawah kekuasaan negara. Persaingan untuk mendapatkan Arktika memang mungkin tentang minyak. Namun, tentang minyak yang diharapkan ada di situ oleh pemerintahan sejumlah negara, bukan minyak yang sudah diketahui ada di situ.
!break!
Pakar yang perlengkapannya paling sempurna untuk menilai prospek Arktika adalah perusahaan minyak. Beberapa pekan setelah kunjunganku ke Snøhvit, kusaksikan optimisme mereka yang tak terucapkan: perang tawar-menawar untuk mendapatkan hak eksplorasi di sejumlah petak lahan dekat pantai di Laut Chukchi. Ke-488 petak lahan itu dilelang di perpustakaan umum Anchorage, Alaska, meskipun diprotes oleh para pembela lingkungan yang menuntut adanya keputusan mengenai status beruang kutub sebagai spesies terancam punah yang harus dilindungi sebelum habitatnya diperjual-belikan. Petak-petak lahan itu terjual dengan harga tertinggi sekitar 26,6 triliun rupiah43 kali lipat dari harga yang diharapkan pemerintah.
Ada salah pengertian kedua tentang persaingan mendapatkan Arktika: bahwa ini adalah persaingan antarnegara yang tak terhindarkan; jika Amerika yang menang, Rusia pasti kalah. Padahal, pasar minyak bumi mencakup seluruh dunia. Demikian pula perburuannya, dan begitu pula perusahaannya. Perusahaan yang mengincar proyek di AlaskaShell, StatoilHydro, Chevron, Gazprom, BP, ConocoPhillipsadalah perusahaan yang juga mengincar proyek Rusia dan Kanada dan Norwegia dan Greenland, dan minyak yang mereka hasilkan dijual di pasar internasional.Di mana batasnya memang pentingini akan menentukan siapa yang menetapkan aturan mengenai lingkungan dan siapa yang mendapatkan royaltitetapi, aspek terpenting adalah bahwa batas itu harus ada. Tanpa adanya kesepakatan di antara negara-negara Arktika, tanpa adanya kepastian hukum, perusahaan tidak akan membeli hak sewa pengolahan mineral, sebab tidak akan jelas siapa yang dapat menjualnya. Dan kawasan Arktika akan tetap menjadi alam liar.
Saat itu hari Sabtu, berkabut dan dingin. Sudah dua pekan Healy berlayar saat kami mendapat kabar bahwa kami berhasil memecahkan rekor. Sudah dikonfirmasi, kata pakar es Clemente-Colón, sambil menoleh dari komputernya. Kejadiannya beberapa hari yang lalu. Tudung es telah menciut menjadi ukuran terkecil dalam sejarah modern. Kapal sekarang berada di 77 derajat utara, setelah melingkar ke selatan dari titik tinggi di atas 81 derajat, memotong masuk dan keluar dari kepingan es, dan memindai Dataran Tinggi Chukchi. Clemente-Colón berhasil menemukan kepingan es berlapis-lapis yang sesekali terbentuk, dan kepingan itu cukup besar sehingga dapat menopang sebuah pelampung pelacak. Saat keluar untuk mengerahkan pelampung pelacak yang pertama, sambil bercanda dia mengeluarkan sehelai bendera Puerto Riko kecil. Namun, di sini kebanyakan es tidak stabil, bukan massa padat, melainkan sederetan kepingan es terapung, seperti sabuk asteroid. Healy melaju sambil memecahkan kepingan es itu. Matahari muncul, dan awak kapal membuang makanan yang sudah kedaluwarsa dengan pukulan tongkat golf dari dek kapal. Mereka merencanakan pesta daging panggang. Rasa ingin tahu, yakni menjadi saksi saat-saat bersejarah, melanda kelompok ilmuwan ini.
Di laboratorium, data terus-menerus masuk tanpa hambatan. Kami menambah kecepatan hingga 10 knot, lalu 13, kemudian 15. Di anjungan, teman sekamarku sibuk menghitung anjing laut dan beruang kutub. Tahun lalu kami melihat 50 ekor anjing laut setiap minggu, kata Olemaun. Sekarang sudah beruntung kalau kita bisa melihat seekor saja sehari. Dia melihat seekor: Lihat, anjing laut yang malang itu. Lalu, menimbang kembali: Bayangkan kalau aku membawa harpun.
!break!
Kami mendapatkan laporan bahwa Lintasan Barat Lautrute pelayaran yang melintasi puncak Amerika Utara dan sudah lama dicari, sasaran yang sulit diwujudkan oleh para penjelajah John Ross, William Edward Parry, John Franklin bebas es untuk tahun kedua secara berturut-turut. Kami dapati bahwa USGS menerbitkan penelitian beruang kutub: Jika pencairan es ini terus terjadi, populasinya di dunia yang diperkirakan 22.000 ekor, akan menyusut hingga dua per tiga menjelang 2050. Aku menerima email dari seseorang yang berada di salah satu kapal seismik Shell. Kelompoknya sedang mencari minyak di kawasan yang berlokasi di sebelah selatan kamidia tidak bisa mengatakan lokasinya, tetapi kami baru saja berpapasan dengan jarak 80 kilometer.
Pada saat Healy memulai pelayarannya untuk kembali pada 10 September, tudung es tampak berbentuk seperti ginjal, berukuran sekitar 1.300 kilometer di bagian tengahnya. Olemaun menghimpun hasil hitungannya: 17 beruang kutub, 10 anjing laut berjanggut (Erignathus barbatus), 9 anjing laut bercincin (Phoca hispida), 12 anjing laut yang spesiesnya tidak diketahui, 2 singa laut. Kami dapati bahwa singa laut muncul berkelompok dalam jumlah belasan ekor di pantai Barrow: Tepian es, rumah normal mereka, terlalu jauh. Penduduk setempat merasa terganggu, dan mereka memburu kawanan singa laut itu.
Saat ini adalah musim panas yang buruk untuk es. Musim panas yang buruk untuk singa laut dan beruang kutub. Namun, musim panas yang bagus untuk melakukan pemetaan. Sebelum kami tiba di Barrow, sonar menampilkan kikisan di dasar laut di kedalaman 400-500 metertampaknya merupakan tanda penggerusan oleh kepingan es kuno. Mayer seakan terbang di sekitar program petanya, dengan wajah ceria, memutar-mutar gambar kikisan, melayang-layang di atasnya, menjelajahi dasar laut dengan kecepatan maya yang tinggi, terpukau oleh dunia yang ditampilkannya. Healy dengan segera akan memetakan 10.000 kilometer dasar laut dalam sebulantiga kali lipat yang diperkirakan Mayer. Keterangan pers NOAA akan mengumumkan hasilnya: Data kami menunjukkan bahwa dasar benua meluas ke arah utara lebih dari 160 kilometer dari yang sebelumnya diperkirakan. Amerika ternyata lebih luas daripada yang kita duga, apakah juga lebih kaya, masih harus dibuktikan.
Beruang terakhir yang kami lihat adalah sebuah kejutan. Saat itu jam 14:00, hampir di 81 derajat utara dan kami berada di lautan lepas, belasan kilometer dari bongkahan es. Clemente-Colón memutuskan untuk memasang pelampung terakhirnya dalam airdia ingin menguji apakah pelampung itu dapat mengirimkan data manakala es sudah tidak adadan sebagian besar kru terjaga untuk mengamatinya. Dari dalam kabut, muncul bongkahan es selebar tiga meterkilauan berwarna putih, terlihat mungkin hanya selama 15 detik. Di atasnya: seekor beruang kutub, terapung hanyut ke mana pun laut membawanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR