Bouchard dan para koleganya cepat-cepat menyatakan bahwa hal ini bukan berarti orang tua tidak berpengaruh sama sekali pada anak-anak. Tanpa lingkungan yang penuh dukungan dan kasih sayang, tak ada anak yang bisa mewujudkan potensinya secara maksimal, kata mereka.
Kajian lain juga menggunakan penelitian saudara kembar untuk menyelidiki berbagai jenis perilaku dan sikap.
Misalnya, sebuah penyelidikan menemukan, jika seorang kembar identik memiliki kembaran penjahat, peluang orang itu melanggar hukum adalah 1,5 kali lipat peluang orang kembar fraternal dalam situasi yang sama. Ini menyiratkan bahwa faktor genetika memengaruhi kemungkinan perilaku kriminal.
Kajian lain menemukan bahwa kekuatan iman seseorang sangat dibentuk oleh keturunan, meskipun pilihan agamanya—apakah menjadi pemeluk Metodis atau Katolik Roma, misalnya—tidak. Tampaknya, ke mana pun para ilmuwan memandang, mereka menemukan pengaruh genetika diam-diam turut membentuk hidup kita.
!break!
Terpisah Sejak Lahir
Bagi dua pasang suami-istri di Kanada, kekuatan DNA dalam memengaruhi perilaku bukanlah sekadar pertanyaan akademis. Sejak tahun 2000, mereka membesarkan kembar identik dengan jarak 440 kilometer dalam percobaan ilmiah yang tak disengaja.
Lynette dan Mike Shaw berkenalan dengan Allyson dan Kirk MacLeod saat menggunakan agen adopsi yang sama. Pasangan Shaw tinggal di dekat Windsor, Ontario sedangkan pasangan MacLeod tinggal di dekat Toronto. Pada Februari 2000, mereka pergi ke Chenzhou bersama-sama, kota di Provinsi Hunan di China. Ketika melihat kedua bayi yang hendak mereka adopsi, terjadilah momen kembar yang mengawali banyak momen kembar lainnya.
“Ketika kedua anak itu dibawa keluar dari lift, kami memandang putri kami dan anak satunya, dan berpikir, ‘Wah, wajah mereka mirip sekali,’” kata Mike. “Tangisan mereka sama. Tawa mereka sama. Benar-benar tak bisa dibedakan,” kata Lynette.
Sebelum datang ke China, kedua pasangan itu sudah melihat foto kedua bayi itu, yang saat itu berusia enam bulan, dan mereka bertanya-tanya apakah kedua bayi itu kakak-beradik. Pihak panti memberi tahu bahwa kedua anak itu bukan kakak-beradik, meskipun tanggal lahir yang tercantum sama.
Kedua pasangan itu diberi tahu bahwa kedua bayi itu tidak akan diberikan kepada satu keluarga untuk diadopsi. Jika pasangan Shaw dan MacLeod tidak mengadopsi mereka, kedua bayi itu akan dikembalikan ke panti asuhan dan ditempatkan di dua keluarga lain. Kedua pasangan itu cemas bahwa dengan situasi seperti itu, kedua bayi itu akan terpisah selamanya. Jadi, mereka membawa pulang kedua bayi itu ke Kanada, bertekad melakukan hal yang terbaik, meskipun itu berarti membesarkan kembar identik itu secara terpisah.
Keluarga MacLeod mengemudi empat jam ke Windsor—atau keluarga Shaw ke Toronto—setiap enam-delapan minggu. Begitu mobil MacLeod berhenti di jalan garasi Shaw, Lily menghambur ke pelukan saudaranya, Gillian. Mereka berdua, kini 12 tahun, memiliki wajah terbuka dan rambut hitam sebahu, meski Gillian baru-baru ini mulai memakai kawat gigi merah muda. “Mereka benar-benar kembar,” kata Lynette sambil memandang. “Setali tiga uang.”
Hanya ada segelintir kasus lain yang serupa, juga melibatkan adopsi dari Asia, yaitu kembar yang tahu dibesarkan secara terpisah. Kedua putri mereka tampaknya menghadapi situasi itu dengan tenang. “Aku tidak membencinya. Suka juga tidak,” kata Lily tentang menjadi anak kembar. “Tapi andai kami tinggal lebih dekat, kami bisa saling menginap.” “Iya, itu pasti asyik,” Gillian sepakat.
Karena mereka terus berhubungan, para orang tua saling menceritakan setiap tonggak perkembangan si kembar yang mereka catat. Misalnya, pada usia 15 bulan kedua anak itu mulai berjalan pada hari yang sama. Gigi mereka berlubang-lubang kecil, dan mereka memiliki satu mata sayu, atau ambliopia.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR