Tanpa kawasan konservasi, kijang, babi, monyet dan satwa lain tidak dapat hidup bebas, sementara macan tutul sangat tergantung pada satwa mangsa itu. Kawasan konservasi, yang juga daerah tangkapan air Sungai Citarum, adalah areal penting untuk mendukung kehidupan macan tutul—satu-satunya pemangsa kelas wahid di Pulau Jawa, setelah harimau jawa punah.
Dari tujuh kawasan yang diteliti, macan tutul terdeteksi di Cagar Alam Gunung Tilu, Taman Wisata Alam Kamojang, Cagar Alam Gunung Burangrang, dan Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu. Selain rekaman kamera, tutur Erwin, “Data ini juga didasarkan pada tanda jejak, baik sisa makanan, kotoran, jejak kaki dan cakaran.”
Kisah menarik terjadi di Cagar Alam Gunung Tangkuban Perahu.Di sekitar blok Panaruban, ditemukan banyak jejak cakaran di pohon. “Sayangnya, tidak satu pun kamera yang berhasil merekam macan tutul di kawasan itu,” lanjutnya.
Selama survei, perangkap kamerahanya mendeteksi si macan di Cagar Alam Gunung Tilu dan Cagar Alam Gunung Burangrang. “Dari hasil identifikasi diperkirakan ada tigamacan tutul di sisi utara Gunung Tilu – Gambung.”!break!
“Dua di antaranya macan tutul jantan: satu macan kumbang di jalur Bendi dan satu macan tutul di blok Kramat-Gunung Kikiping,” lanjut Erwin. Sementara yang satu lagi tak teridentifikasi, lantaran diragukan apakah individu yang sama atau berbeda dengan macan tutul lain yang terekam.
Di Cagar Alam Burangrang, macan tutul terdeteksi di tiga lokasi yang berbeda.“Namun, itu individu jantan yang sama.” Penduduk sekitar Burangrang menyebut pejantan ini dengan nama Ronda.
Predikat sebagai binatang buas menjadikan macan tutul bagaikan penjaga perbawa hutan. Bagi sebagian masyarakat, satwa inidipandang menakutkan dan perlu dibasmi. Sementara bagi sebagian yang lain, macan tutul memang pantas disegani. Sayangnya, reputasi itu tidak mengurungkan niat orang yang ingin masuk hutan konservasi.
Bagi masyarakat di Jawa bagian barat, macan tutul tak begitukharismatik. Masyarakat lebih mengenal lodaya atau harimau loreng yang dianggap sebagai jelmaan Prabu Siliwangi. Hanya beberapa daerah yang punya legenda macan tutul, seperti masyarakatdi sekitar Burangrang.
Macan tutul hanya salah satu spesies penting yang hidup di kawasan konservasi. Kajian Komponen 1 menyingkap kekayaan hayati yang terkandung di cagar alam, taman wisata alam dan taman buru. Survei yang menyisir satu per satu kawasan ini membuka mata berlimpahnya tumbuhan, burung, amfibi, serangga dan biota aquatik.
Seluruh kawasan cagar alam, taman buru dan taman wisata alam di hulu DAS Citarum yang disurvei luasnya hanya 32.780 hektare, sementara luas daerah aliran sungai: 13 ribu kilometer persegi. Tak terlalu luas memang, namun kawasan konservasi itu menjadi tumpuan terakhir bagi hidupan liar di Jawa Barat.Deretan daftar kekayaan hayatikawasan konservasi menegaskan peran penting itu.
Tumbuhan tingkat tinggi misalnya, teridentifikasi 627 spesies dan paku-pakuan 136 spesies. Untuk kelompok mamalia terdapat 38 spesies. Selain macan tutul, owa jawa (Hylobates moloch) dan kukang jawa (Nycticebus javanicus) memiliki status keterancaman tertinggi.
Sedangkan avifaunanya sebanyak 173 spesies, yang 23 di antaranya endemik Pulau Jawa. Ada dua spesies burung dengan status genting punah: elang jawa (Nisaetus bartelsi) dan luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii).
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR