Matanya yang bulat besar dan pemalu, sehingga ia juga dipanggil malu-malu. Primata lemah lembut ini merupakan spesiesyang dilindungi, dan populasinya sedang terpuruk. Statusnya, semula genting punah, lantas naik menjadi kritis. Tragisnya, diMasigit Kareumbi, kukang hanya ditemukan satu individu.!break!
Primata endemik benar-benar tergantung pada kawasan konservasi di hulu DAS Citarum.Alam Jawa bagian barat dikenal sebagai lanskap yang bergelimang kekayaanhayati tertinggi di Pulau Jawa. Para ahli menegaskan dataran rendah yang berlimpah sumber daya merupakan pusat kekayaan hayati di wilayah tropis.
Karena itu pula, sayangnya, populasi manusia juga terpusat di dataran rendah. Akibatnya, pecahlah kompetisi. Dan manusia memenangi pertarungan itu: merombak kawasan alami menjadi lahan pertanian, perkebunan, permukiman. Hidupan liar akhirnya menyingkir ke dataran tinggi. Itulah yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Citarum. Flora-fauna akhirnya menggantungkan hidup di dataran tinggi yang dibentengi kawasan konservasi di hulu Citarum.
Tak mengejutkan, selain primata, burung-burung pun mendekamdi kawasan konservasi.Salah satunya, yang paling kharismatik: elang jawa. Daerah jelajah burung pemangsaini terbatas di hutan hujan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Elang jawa semakin langka, dan salah satu burung pemangsa yang paling terancam punah di dunia. Menurut kriteria IUCN, burung ini genting punah,serta hanya boleh diperdagangkan dari hasil penangkaran dalam jumlah terbatas.Selain elang jawa, burung luntur jawa juga berstatus genting.
Spesies burung lain yang juga penting untuk pengelolaan keanekaragaman hayati adalah julang emas (Rhyticeros undulatus). Burung ini pemakan buah-buahandengan habitat utama hutan dataran rendah dan perbukitan. Dua ekor julang emas terlihat di seputar Curug Pasula, Cagar Alam Gunung Burangrang. Kendati sesekali masih terlihatdi sekitar curug, penduduksetempat menjadi saksi burung ini semakin jarang.
Untuk kelompok serangga, Taman Buru Masigit Kareumbi dan Cagar Alam Gunung Burangrang menyimpan dua makhluk elok yang dilindungi: Troides helena dan T. amphrysus. Ini adalah dua spesies kupu-kupu cantik yang dilindungi.
Bentangan sayap Troides helena mencapai 17 cm. Tubuh dan sayapnya berwarna gelap, dengan sayap bawah kuning keemasan dengan bintik hitam. Kupu-kupu betina memiliki tubuh yang lebih besar ketimbangjantan. Satu lagi,T. amphrysusyang agak mirip dengan T. helena. Hanya saja kombinasi warna kuningnya yang lebih banyak pada sayap bagian atas.
Hubungan erat antara fungsi daerah tangkapan air dengan peran pelindung kekayaan hayati terlihat dari banyaknya temuan satwa amfibi dan biota aquatik.Dengan menyisir wilayah perairan: kolam alam, sungai, rawa, lalu menelisik tumpukan serasah dan lumut di pepohonan, para peneliti menorehkan pembaharuan catatan herpetofauna.
Sebelum dilakukan penelitian, catatan yang ada hanya menyebut 5 spesies herpetofauna. Kini, tercatat 34 spesies herpetofauna. Empat spesies amfibi endemikkian menegaskan nilai penting kawasan konservasi bagi pelestarian alam: kongkang jeram (Huia masonii), percil jawa (Microhyla achatina) katak-pohon jawa (Rhacophorus javanus) dan katak-pohon mutiara (Nytixalus margaritifer). Katak-katak endemik tersebut tercatat di seluruh kawasan konservasi yang menjadi hulu Sungai Citarum.
Kongkang jeram merupakan spesies umum yang dijumpai di aliran sungai yang deras dan berbatu-batu. Biasanya ia bersembunyi di sesemakan di sempadan sungai. Status konservasi kongkang jeram termasuk rentan punah. Amfibi endemikJawa ini berukuran sedang, yang jantan: 30 mm, dan betina: 50 mm. Kakinya ramping dan jenjang; jari tangan dan kakinya memilikipiringan lebar serta terdapat lekuk sirkum marginal pada piringannya. Kulitnya halus dengan sedikit bintil, serta lipatan dorso-lateral yang samar. Di sekitar tympanum dikelilingi oleh warna yang lebih gelap dari pada kulitnya.
Yang satu ini sungguh cantik: katak-pohon mutiara, yang biasa mengendap di lubang-lubang kayu berair atau tumbuhan bawah yang berdaun lebar. Sang betina menaruh telur-telur yang diselimuti gelatin di dalam lubang pohon. Umumnya ia hidup di hutan dataran rendah hingga 1.200 mdpl. Spesies ini merupakan katak endemik di Jawa Barat.
Sedangkankatak-pohon jawa sangat umum dijumpai di Jawa Barat. Katak kecil iniberwarna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak yang takberaturan. Katak-pohon jawa tersebardi hutan primer pada ketinggian 250 – 1.500mdpl. Ia biasa hinggap di ranting-ranting pohon di dekat sumber air.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR