Beberapa tikus betina yang melakukan perjalanan ke Stasiun Luar Angkasa pada 2010 dan 2011 berhenti berovulasi, dan lainnya kehilangan korpus luteum mereka, struktur penting yang berbentuk di ovarium setelah pelepasan sel terlur,
Korpus luteum bertanggung jawab untuk memproduksi hormon yang mempertahankan kehamilan sampai plasenta dapat tumbuh cukup untuk melakukan pekerjaan itu sendiri. Tanpa itu, kita mungkin hamil, tapi kehamilan tidak mungkin bertahan.
Hal itu terhubung ke eksperimen lama ketika pada 1979, ilmuwan Rusia meluncurkan satelit yang membawa tikus jantan dan betina serta memberi mereka kesempatan untuk berbaur dalam perjalanan 18 hari.
Eksperimen itu tidak menghasilkan bayi, dua tikus tampaknya hamil tapi keduanya keguguran. Ada bukti yang konsisten bahwa gayaberat mikro memengaruhi kadar hormon pria dan wanita kata Tash.
Baca Juga: Tantangan Besar NASA Selanjutnya? Mencuci Pakaian di Luar Angkasa
Mungkin saja tikus-tikus itu memiliki kadar estrogen yang rendah sehingga kebanyakan dari mereka bahkan tidak tertarik untuk kawin. Efek ini bertahan setelah hewan kembali ke Bumi, tetapi semuanya akhirnya diatur ulang setelah mereka menghabiskan cukup waktu dalam gravitasi normal.
Gayaberat mikro telah terlibat dalam mengubah produksi dan perilaku sperma. Ini bisa mengubah perkembangan janin, terutama sistem vestibular, yang membantu kita menjaga keseimbangan saat berjalan.
Tikus yang melahirkan segera setelah kembali dari luar angkasa memiliki kontraksi hampir dua kali lebih banyak daripada tikud yang tidak pernah meninggalkan Bumi.
Kesimpulan dasarnya, menurut Tash dan Virginia Wotring, profesor di Pusat Kedokteran Luar Angkasa Universitas Baylor, adalah bahwa kita tidak tahu banyak. Tapi apa yang kita tahu harus memberi kita jeda.
Source | : | Time,FiveThirtyEight |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR