Ini lebih dari sekedar seks, Para ahli mengatakan bahwa apakah dan bagaimana reproduksi bekerja hanyalah satu dari sejumlah pertanyaan medis dan biologis terkait dengan perjalanan ruang angkasa panjang.
Selama 50 tahun, setidaknya lima spesies dair amuba hingga tikus telah melalui tindakan reproduksi saat berada di orbit. Satu spesies lain telah menghabiskan sebagian masa kehamilan mereka di luar angkasa atau menyumbangkan sperma dan telur mereka yang telah diubah ruang angkasa untuk sains. Penelitian ini tergolong lambat karena kurangnya dana menurut tulisan Maggie Koerth di Fivethirtyeight.
Baca Juga: Ronald McNair, Lawan Rasisme dengan Menjadi Astronaut Challenger
Kehidupan di Bumi dilindungi lebih dari 99 persen radiasi ini oleh atmosfer dan medan magnet. Medan magnet memberikan beberapa perlindungan di orbit juga. Tetapi semakin jauh kita dari Bumi, semakin sedikit terlindungi. Setiap perjalanan ke Mars akan mengakibatkan paparan radiasi melebihi batas yang diiiznkan saat ini untuk astronot.
Perjalanan ruang angkasa dapat memengaruhi reproduksi dalam beberapa cara. Pertama adalah radiasi. Ruang angkasa penuh dengan partikel subatom yang bergerak amat cepat. Partikel-partikel itu dapat menghantam DNA.
Kerusakan yang mereka tinggalkan dapat mengubah instruksi genetik, menyiapkan jalur yang mengarah ke kanker, mutasi genetik yang dapat diturunkan ke anak-anak, dan masalah lainnya.
"Jika anda melihat daftar organ yang sensitif terhadap kerusakan radiasi, gonand, ovarium, dan testis, selalu berada di dua atau tiga teratas," kata Josep Tash, profesor di University of Kansas Medical Center yang telah mempelajari hewan reproduksi di luar angkasa.
Sumber bahaya kedua adalah gayaberat mikro. Sudah diketahui bahwa para astronot kehilangan massa otot saat berada di luar angkasa. Seperti yang kita lihat, mereka melayang-layang di Stasiun Luar Angkasa seperti Cirque du Soleil.
Source | : | Time,FiveThirtyEight |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR