Alat musik berupa trompet dari cangkang kerang, yang ditemukan di sebuah situs religi sebelum masa Inca di Peru, dibunyikan kembali.
Trompet tersebut menghasilkan suara mendengung yang menakutkan. Berdasarkan analisis, yang diterbitkan pada tanggal 17 November di Second Pan-American/Iberian Meeting on Acoustics di Cancun, Meksiko, trompet tersebut digunakan dalam upacara keagamaan. "Terasa di dada kalau tekstur suaranya kasar, seperti raungan hewan," kata Jonathan Abel, ahli akustik dari Center for Computer Research in Music & Acoustic di Stanford University, Amerika Serikat.
Para arkeolog mengangkat 20 trompet yang terbuat dari cangkang kerang Strombus galeatus di Chavin de Huantar, pusat upacara kuno di Andes. Cangkang-cangkang itu dikilapkan, dicat, dan diukir dengan berbagai simbol. Trompet itu memiliki lubang untuk ditiup dan celah berbentuk huruf "V". Perry Cook, ahli komputer dari Princeton Unversity, yang juga terlibat dalam studi, menyebutkan, "Celah itu mungkin untuk menaruh jempol musisi."
Para ilmuwan merekam musik yang dihasilkan dengan cara menempatkan mikrofon di dalam mulut pemain dan di trompet. Di trompet, mikrofon ditempatkan pada tempat meniup, di ruang dalam tropmet, dan di lubang pada trompet. Suara yang dihasilkan hanya 1 atau 2 nada, tapi tinggi nana berubah ketika pemain meletakkan tangan di atas lubang.
Ilmuwan juga ingin mengetahui efek tempat upacara kuno berlangsung terhadap suara trompet. Tempat upacara pada saat dahulu merupakan labirin dari batu dengan koridor yang berliku tajam serta memiliki lubang-lubang ventilasi. Para ilmuwan mendapati kalau suara trompet seolah datang dari berbagai arah. Menurut ilmuwan, pada kondisi ruangan redup, suara itu bisa bikin bingung. "Jangan-jangan, ini adalah upaya untuk membuat orang-orang jadi takut," terka Abel.
Berdasarkan temuan itu, para ilmuwan ingin mengetahui efek suara terhadap psikologi. Saat ini, studi psikoakustik itu sedang berjalan pada penelitian yang berbeda. Studi tersebut mempelajari efeknya pada manusia pada umumnya, bukan hanya pada peradaban kuno. "Suara yang didengar telinga bisa memengaruhi sikap atau menghadirkan suatu pengalaman psikologi pada kondisi tertentu," kata Abel.
KOMENTAR