Analis industri ruang angkasa Teal Group, Marco Caceres mengatakan, hingga saat ini belum pernah ada penerbangan suborbital atau orbital yang sepenuhnya otonom dengan semua awak sipil. “Ini seperti naik wahana di taman hiburan. Anda hanya perlu percaya bahwa semuanya telah diperiksa, berfungsi dengan baik dan anda hanya duduk dan menikmati perjalanan," katanya seperti dikutip reuters.
Meski ide pesawat tanpa pilot itu kontroversi, pihak Blue Origin memastikan semuanya akan berjalan lancar. Jika dalam keadaan darurat, kapsul awak dapat dipisahkan dari roket pendorong kapan saja dan parasut dapat dikerahkan untuk membawa New Shepard kembali ke Bumi dengan aman.
Pertempuran Miliarder
Seperti diketahui, pada 12 Juli 2021, Richard Branson, miliarder berusia 70 tahun, pendiri Virgin Galactic, diluncurkan melintasi stratosfer menggunakan VSS Unity. Pesawat ruang angkasa tersebut buatan Virgin Galactic, perusahaan luar angkasa komersial Britania Raya di bawah naungan Virgin Group.
Baca Juga: Tiongkok Akan Luncurkan Roket untuk Selamatkan Bumi dari 'Armageddon'
Peristiwa itu, membuat banyak orang mengatakan Branson mengalahkan Jeff Bezos ke luar angkasa. Karena selama ini, baik Branson dan Bezos telah dikenal mencoba menjual impian perjalanan ruang angkasa, meski itu tidak murah.
Tiket Virgin Galactic misalnya, dihargai 250.000 USD atau sekitar Rp 3,8 miliar, meski lelangnya dihentikan karena kecelakaan pada tahun 2014. Sedangkan Blue Origin, di tahun 2021 melelang kursinya seharga 28 juta USD atau sekitar Rp 400 miliar.
Meski dari persaingan tersebut telah memasuki ranah ilmiah, namun umumnya liputan tentangnya cenderung melihatnya sebagai pertempuran sepele, yaitu untuk pariwisata luar angkasa.
Baca Juga: Tragedi Soyuz-11: Manusia Pertama yang Gugur di Luar Angkasa
Source | : | space.com,Reuters,CNET |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR