Pencemaran air pada Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat dirasakan sangat memukul usaha-usaha budidaya ikan setempat. Sejumlah pembudidaya ikan air tawar pada berbagai jaring apung di Waduk Cirata telah mengeluhkan kondisi melambatnya masa pertumbuhan komoditas yang diusahakan.
Pengurus Perhimpunan Pembudidaya Ikan Waduk Cirata Icep Dadan menyebutkan, kondisi demikian terutama menimpa tiga komoditas utama yang diusahakan, yaitu ikan emas, nila, dan bawal. Kondisi sudah mulai terjadi tahun 2003, tetapi pengaruh kian dirasakan setahun terakhir. "Akibatnya, banyak pembudidaya ikan Waduk Cirata gagal memanfaatkan peluang saat terjadinya lonjakan permintaan pesanan ikan air tawar dari pasar. Jumlah ikan yang terjual pun menurun," ungkapnya.
Menurut tuturan Icep, keadaan ini sebenarnya makin merepotkan para pembudidaya ikan, namun mereka memang dihadapkan harus meneruskan usaha. Waduk Cirata seluas 6334 hektar memang semakin padat oleh banyaknya jaring apung pembiakan ikan. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Waduk Cirata, jumlah jaring apung hingga 2007 mencapai 50.000 unit. Sementara menurut warga setempat, jumlahnya kini berkembang hingga lebih dari 70.000 unit.
Ia menambahkan, pembudidayaan ikan emas yang dalam keadaan normal rata-rata tiga bulan sudah dapat dipanen, kini umumnya baru 4-5 bulan dapat dipanen. Selain itu, terhambatnya masa pertumbuhan fisik juga membuat ikan-ikan yang dibudidayakan menjadi rentan penyakit.
Dalam hasil penelitian Laboratorium Higiene Industri dan Taksikologi Departemen Teknik Lingkungan ITB tahun 2003, dinyatakan Waduk Cirata sudah tercemar logam berat seperti merkuri (Hg), tembaga (Cu), seng (Zn), dan timbal (Pb). Tercatat kandungan tembaga di Waduk Cirata 0,008 miligram per liter dan timbal sebesar 0,03 miligram per liter.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR