Satelit riset yang sudah tak terpakai milik Jerman, Roentgen Satellite (ROSAT) pada Minggu (23/10) lalu dipastikan jatuh di Teluk Bengali, tepatnya pukul 01.50 GMT. Agensi ruang angkasa Jerman (DLR) memastikan hal tersebut.
Sebelumnya, para pakar masih belum bisa memastikan lokasi jatuhnya ROSAT meski sudah bisa memperkirakan waktu jatuhnya. Konfirmasi dari DLR membawa kepastian bahwa bangkai satelit tersebut jatuh di lautan dan bukan di kawasan berpenghuni.
Satelit sebesar mobil minivan tersebut diperkirakan terbakar sebagian di angkasa saat menembus atmosfir pada kecepatan 450 km per jam. Akan tetapi masih ada sekitar 30 bagian satelit yang tidak hancur dan terjun bebas ke Bumi.
Bagian satelit yang tidak hancur tersebut merupakan observatorium sinar-X, yang terdiri dari cermin tahan panas dan komponen lain yang berbahan keramik, dengan berat diperkirakan mencapai 1,6 ton.
Satelit ROSAT diluncurkan Juni 1990, merupakan misi gabungan antara Jerman, Amerika Serikat dan Inggris. Satelit observatorium seberat 2.426 Kg itu merupakan teleskop sinar-X yang mempelajari radiasi dari bintang-bintang, nebula, lubang hitam (black holes) dan supernova.
ROSAT telah membantu ilmuwan dalam menambah pemahaman mereka akan asal-muasal, struktur dan evolusi alam semesta. Satelit tersebut dirancang untuk misi 18 bulan, akan tetapi mampu beroperasi melebihi jangka waktu misinya.
Bulan lalu, bangkai satelit milik NASA, Upper Atmosphere Research Satellite (UARS), juga jatuh ke bumi dan menghantam Samudera Pasifik pada 24 September. UARS jauh lebih besar dari ROSAT dengan bobot seberat 6,5 ton, namun komponen yang kembali ke bumi diperkirakan berbobot total setengah ton.
Saat ini muncul pemikiran untuk memperketat kebijakan mengenai batasan jumlah puing satelit yang kembali ke Bumi setelah masa pakainya berakhir. Akan tetapi kebijakan tersebut tampaknya masih akan berlaku lama.
Stasiun-stasiun pengamatan ruang angkasa biasanya setiap hari melihat sedikitnya ada satu serpihan sampah angkasa yang jatuh secara tak terkendali.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Temui Dewa Oceanus Yunani Kuno yang Hanya Berada di Ujung Dunia
KOMENTAR