Hasil penggalian di situs Qin Shihuang, provinsi Shaanxi, China, berhasil menemukan 120 prajurit terakota dan ratusan artefak bernilai lainnya, Minggu (10/6). Artefak bernilai tersebut termasuk beberapa benda yang belum pernah ditemukan sebelumnya seperti genderang perang dan tameng berwarna berusia 2.000 tahun.
Total, ada 310 benda-benda kecil yang berhasil digali bersamaan dengan 12 kuda yang terbuat dari tanah liat. Ini merupakan penggalian ketiga yang dilakukan di lokasi tersebut sejak dimulai pada tahun 2009. Sebelumnya sudah dilakukan dua penggalian di tahun 1974 dan 1985. Penggalian terakhir ini diperkirakan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun.
Setelah berhasil digali, patung-patung prajurit ini akan dibawa ke museum untuk direstorasi perwarnaan ulang. Jika sudah dilakukan, para prajurit ini akan bergabung dengan "rekan-rekannya" yang sudah lebih dulu ditemukan untuk kemudian dipamerkan. Namun, dikatakan Cao Wei, Direktur dari museum makam, merawat sosok prajurit ini akan lebih sulit dibanding menggali mereka dari tanah.
Berkat penemuan prajurit terakota, situs Qin Shihuang diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia. Sebelumnya sudah ditemukan lebih dari 1.000 prajurit tanah liat di sini. Yang istimewa, wajah dan gaya rambut tiap prajurit ini berbeda.
Prajurit ini pertama kali diciptakan untuk menjaga makan kaisar pertama China, Qin Shi Huang Di. Dalam National Geographic Indonesia edisi Juni 2012 disebutkan peran besar Sang Kaisar untuk China.
Selain membangun beberapa penggal pertama Tembok Besar, penggerak reformasi yang zalim ini juga membakukan sistem tulisan, mata uang, dan ukuran negara ini, serta merupakan sumber untuk kata Indonesia yang kini kita gunakan untuk China (Qin diucapkan “Cin”). Sepanjang masa itu, kaisar mempersiapkan diri untuk alam baka, memerintahkan pembangunan kompleks makam seluas 90 kilometer persegi.
Prajurit buatan dari tanah liat ini dirancang berbeda antara satu dengan lainnya. Diperkirakan, perupa yang mengerjakan patung prajurit ini merancangnya berdasarkan sosok tentara sesungguhnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR