Perilaku sederhana, mudah, dan murah seperti cuci tangan pakai sabun dapat menyelamatkan anak dari ancaman penyakit, antara lain diare dan infeksi saluran pernapasan akut. Di Indonesia, diperkirakan ribuan anak meninggal karena penyakit itu.
Menurut perwakilan Dana PBB untuk Anak-Anak (Unicef) untuk Indonesia, Angela Kerney, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 31.200 anak balita di Indonesia meninggal tiap tahun karena diare. Hal itu dikemukakan Kenrey pada peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Sedunia ke-5 di kompleks SDN 04, 05, dan 06 Karet, Jakarta, Senin (15/10).
Di dunia diperkirakan 1,87 juta anak balita terancam diare. Diare jadi penyebab kematian bayi dan anak balita kedua terbanyak setelah pneumonia. Dalam sambutan, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, menanamkan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun harus sedini mungkin. Nafsiah berpesan agar anak-anak mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air, serta setelah kontak dengan tanah dan binatang.
Ia mengutip data WHO, perilaku mencuci tangan pakai sabun mengurangi angka kejadian diare 45 persen, mencegah penyebaran kecacingan, menurunkan kasus infeksi saluran pernapasan akut, dan flu burung hingga 50 persen. Penyakit mata dan infeksi kulit juga dapat dicegah.
Jika perilaku itu diikuti pembangunan sanitasi berbasis masyarakat, seperti jamban sehat, aliran air bersih, drainase, dan lingkungan yang bersih, kasus-kasus tersebut dapat turun hingga 90 persen. Selain dari masyarakat dan pemerintah, dana pembangunan diharapkan didapat dari tanggung jawab sosial dan perusahaan.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menyatakan, peringatan global hari CTPS Sedunia ke-5 mengusung tema "More than Just a Day." Tema nasionalnya "Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat." Hal itu untuk mengingatkan kembali pentingnya cuci tangan pakai tangan pakai sabun dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR