Tiga ekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berstatus terancam punah ditemukan mati di sebuah kawasan hutan di luar Taman Nasional Tesso Nilo, Riau. Saat ditemukan, tiga bangkai gajah, yakni dua gajah betina dan seekor bayi gajah berusia satu tahun itu sudah mulai membusuk.
“Kami yakin mereka mati sekitar satu minggu sebelumnya, dan diperkirakan karena diracun,” kata Kupin Simbolon, Ketua Taman Nasional, Senin (12/11) lalu. “Gajah-gajah ini kemungkinan masuk ke kawasan lahan perkebunan sawit dan merusak tanaman di sana. Para petani kemudian membalas dendam dengan meracuni gajah tersebut,” ucapnya.
Sejauh ini, menurut Simbolon, setidaknya sudah 17 ekor gajah tewas di taman nasional tersebut dan di kawasan sekitarnya. Sebagian besar mereka tewas karena diracun. “Gajah Sumatra merupakan hewan dilindungi. Kita tidak boleh membiarkan hal ini terjadi,” kata Simbolon. “Kami telah bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk menangkap para pelaku pembunuhan gajah tersebut."
Saat ini, Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Sayangnya, tingginya permintaan pasar semakin mengancam keberadaan hutan hujan tropis negeri ini yang kondisinya sendiri sudah sangat mengkhawatirkan.
Menurut data terakhir International Union for the Conservation of Nature (IUCN), di alam bebas, gajah Sumatra kini jumlahnya sudah kurang dari tiga ribu ekor. Jumlah ini anjlok hingga 50 persen dibandingkan dengan jumlah populasi gajah Sumatera pada tahun 1985 lalu.
World Wide Fund for Nature (WWF) sendiri telah menggeser status gajah Sumatera dari terancam punah menjadi sangat terancam punah pada Januari lalu. Penyebab utamanya adalah karena parahnya kemusnahan habitat gajah akibat penebangan hutan dan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit dan tanaman industri lainnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR