Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui satuan kerja Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri Musik, Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, pada 2013 merancang gerakan "Indonesia Kreatif". Untuk itu dipersiapkan serangkaian event seni, baik di tingkat nasional dan internasional.
Kemenparekraf siap demi misi memajukan dan mengawal kesenian musik tradisional Indonesia terus melangkah di taraf internasional. Berbagai langkah penguatan ditempuh untuk sosialisasi. Salah satunya termasuk menggelar workshop musik bertajuk "Kreativitas Tanpa Batas" dalam Jakarta International Java Jazz Festival 2013 yang dihelat di Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta, pada 1-3 Maret lalu.
Sejumlah musisi profesional, seperti pianis/kibordis Dwiki Dharmawan, tampil. Dwiki berkolaborasi dengan gitaris Pra Budi Dharma—yang sesama punggawa band tahun 1980-an, Krakatau, juga peniup trompet Sunda Yoyon Darsono, serta musisi lainnya membawakan irama jazz etnik.
"Musik itu seperti beragama bagi saya; hal-hal yang tadinya imajiner, lalu dikonsepkan, menjadi wujud nyata," kata Pra membagi pengalamannya. Ia pernah bereksperimen mempelajari sistem perlarasan slendro (atau dalam budaya Sunda, "salendro"), bersama bersama para seniman musik Jawa Barat sejak 1988, dan memproduksi rekaman-rekaman musik tradisional.
Menurut Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, Ukus Kuswara, musik-musik tradisi patut dihargai. Indonesia kaya akan keragaman seni musik yang mampu bersaing dan harus dibawa ke kancah permusikan internasional. "Supaya bisa menjadi kebanggaan Indonesia di negeri ini sendiri maupun di luar," tegasnya.
Musik tradisional sudah seharusnya jadi tuan rumah di tanah air. Dan diharapkan dapat ditonton oleh turis mancanegara, semakin kukuh menjadi salah satu pesona wisata budaya Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR