Kineforum Dewan Kesenian Jakarta kembali mengajak publik mengapresiasi karya-karya perfilman Indonesia dengan menggelar untuk kali ketujuh, program Sejarah adalah Sekarang-Bulan Film Nasional. Program dilangsungkan tiap bulan Maret untuk menyambut Hari Film Nasional yang jatuh tanggal 30 Maret.
"Sejarah adalah Sekarang" (SAS) menjadi satu tema yang penting. Dengan semangat untuk menghormati pencipta-pencipta sejarah film Indonesia, baik di masa lalu maupun sekarang.
"Lewat ini kita bisa belajar, memaknai, kenal, film yang sudah dibuat pada satu masa sebagai sebuah sejarah pada saat ini. Serta bisa menghargai film yang sudah dengan susah payah saat ini sebagai bagian dari sejarah pada masa mendatang," kata Direktur Program, Alexander Matius.
Seperti dua edisi sebelumnya, Kineforum bekerja sama dengan Forum Lenteng melakukan kegiatan membaca karya-karya sutradara Indonesia.
Setelah Usmar Ismail pada SAS 5, Sjuman Djaya pada SAS 6, maka edisi kali ini, pembacaan dilakukan terhadap karya-karya Misbach Jusa Biran. "Gagasannya adalah melakukan pembacaan sekaligus mengenal lebih dekat sosok Misbach Jusa Biran. Pula direncanakan mengundang para mahasiswa," tambah Matius.
Film Misbach yang diputar dalam Bulan Film Nasional 2013 antara lain "Bintang Ketjil" (1963), "Operasi X" (1968), dan "Dibalik Tjahaja Gemerlapan" (1966). Di samping itu, 36 film Indonesia klasik dan kontemporer serta dua film klasik dari luar Indonesia juga akan diputar di Studio Kineforum, Studio 1 TIM XXI, dan Graha Bhakti Budaya.
SAS merupakan kegiatan tahunan sejak yang dirintis sejak tahun 2007. Jumlah pengunjung dari tahun ke tahun relatif meningkat. Pada tahun pertama tercatat pengunjungnya 1.512 orang. Seterusnya pada 2008 berjumlah 2.895 orang, 8.700 orang di 2009, 9.623 orang di 2010, dan 7.104 orang di 2011.
Sementara di 2012 lalu terdapat 2.523 orang penonton --dengan catatan untuk tahun 2012 kegiatan ini hanya berlangsung 15 hari.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR