"Ada dua tujuan utama dari proyek SROM," papar Wang dalam presentasinya. "Untuk memasilitasi kerjasama dan pembelajaran antara museum-museum jalur sutera, memecahkan kterebtasan ruang fisik, mengumpulkan informasi dan sumber daya digital di seluruh dunia bersama-sama, serta mempromosikan semangat Jalur Sutra."
Tujuan kedua adalah penyediaan penelitian daring, dan kurasi langsung bagi museum maupun dari universitas. Dengan demikian dapat menjadi peluang bagi mahasiswa untuk mempelajari seluruh proses, teknik kurasi, dan merancang pameran, jelasnya.
Koleksi artefak warisan Indonesia tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Australia. Carol Cains dari National Gallery of Australia di Canberra mengungkapkan kemungkinan untuk mengembangkan kerjasama baru. “Di sini saya berharap dapat mengembangkan kerjasama baru dan sharing mengenai sebagian kecil dari koleksi Indonesia di National Gallery Australia dengan Anda hari ini."
Webinar merupakan rangkaian Festival Museum Yogyakarta 2021, sekaligus memperingati 50 tahun Badan Musyawarah Musea. "Festival ini berisi rangkaian kegiatan webinar, pameran, penerbitan buku yang akan berlangsung sampai 12 Oktober 2021 yang bertepatan dengan Hari Museum Indonesia," kata GKR Bendara selaku Ketua Panitia Festival Museum Yogyakarta 2021 melalui rilisnya.
Baca Juga: Lukisan Van Gogh Dicuri Saat Museum Belanda Tutup Karena COVID-19
Selain membahas nasib koleksi benda bersejarah warisan Indonesia di berbagai museum besar, mereka juga menggagas kemungkinan kerjasama. Salah satunya terkait evolusi museum untuk menghadapi perubahan di masa mendatang, namun tetap menjaga karakter masing-masing.
Hilmar menambahkan bahwa acara ini menjadi ajang untuk museum di Indonesia dapat memunculkan metode kreatif dan inovatif untuk menampilkan karya pada publik secara digital.
Harapannya, tidak hanya pameran yang diadakan oleh pegiat museum, tetapi juga kegiatan bertukar pikiran dari beberapa museum di luar negeri untuk merawat koleksinya.
"Sehingga menjadi pembelajaran untuk memperbaiki, memberikan perlindungan, dan pengelolaan koleksi kita," ujar Hilmar. "Terutama, pencatatan, inventarisasi, konservasi, dan hal-hal lain yang susah dilakukan ketika museum melayani pengunjung."
Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR