Malang benar nasib ayam betina di Inggris, saat usia mereka telah mencapai satu setengah tahun mereka dianggap sudah tidak berguna. Pihak peterenakan di Inggris menelantarkan ayam-ayam malang tersebut, padahal mereka masih punya waktu beberapa tahun untuk hidup dan memberikan banyak telur. Mereka tak lagi diberikan kandang sebagai tempat perlindungan.
Masalah ayam betina yang tak memiliki tempat tinggal dan perawatan, menjadi masalah serius di Inggris. Untungnya, sebagian warga Inggris yang memiliki kepedulian terhadap binantang, tak hanya membuka pintu hati tetapi juga pintu rumah mereka bagi unggas-unggas yang terlantar dan mencari tempat perlindungan.
Mereka yang menginginkan keberadaan kandang ayam, bekerja sama dengan pertanian untuk mengadopsi ayam tersebut dan mereformasi sistem. Tahun 2012, hukum Eropa mengeluarkan larangan terhadap kandang ayam konvensional. Sebagian dari 11,1 juta ayam di peternakan di Inggris akan dipindahkan ke kandang yang lebih besar. Dan lebih banyak lagi jumlahnya yang perlu untuk dibawa ke “rumah baru".
Minimnya kandang, menggerakkan warga Inggris mengadopsi dan merawat ayam malang tersebut. Seperti halnya di Kent, Inggris, seekor ayam yang diadopsi, dengan bulu yang nyaris rontok seluruhnya, namun setelah menjalani hidup di peternakan industri. Setelah diadopsi, ayam tersebut mengenakan baju hangat buatan tangan, membutuhkan waktu berbulan-bulan agar bulunya tumbuh kembali.
Kisah lainnya datang dari Julia Stephenson, seorang kolumnis dan mantan kandidat dari Green Party pada pemilu Inggris. Ia membuktikan bahwa memelihara ayam bukan hanya di desa tetepi juga di kota. Di atap rumahnya di pusat kota London, Julia memberi makan ayam adopsinya dengan spaghetti.
Mary Allchurch bersama suaminya yang tinggal di rumah pedesaan di Kent mulai memelihara ayam sejak tahun 2006. Ketiga ayam yang kini mereka pelihara dapat mengeluarkan sampai 400 telur setiap tahunnya.
Kisah lainnya datang dari Weasel, seorang spesialis IT bagi perusahaan asuransi besar yang juga mengadopsi ayam. Ayam menjadi teman Weasel saat bersantai menikmati akhir pekan. Sayangnya, dia harus melepaskan unggas-unggas peliharaannya ketika daerah di sekitar rumahnya diganggu oleh sekawanan rubah.
Ayam juga ternyata dicintai oleh anak-anak. Sam Bradley, bocah sembilan tahun bersama ibunya, Sarah, yang tinggal di Lutton juga memelihara ayam. Bahkan Bradley rela merogoh tabungannya untuk membeli ayam adopsi pertamanya dari tabungan yang dikumpulkannya sejak usia enam tahun. “Aku benar-benar suka ayam, aku bercita-cita menjadi petani," kata Brad.
Cerita luar biasa datang dari Diana Millard yang tinggal di Kent. Hingga kini Ia telah menampung 7.000 ayam betina sejak tahun 2004. Pekarangan rumahnya diubah menjadi labirin berisi jalan setapak, jalur landai, dan gudang. Millard pun memiliki kebiasaan memeberikan nama masing-masing ayam sesuai kepribadian.
Kisah Rumah Bagi Ayam pernah menjadi artikel National Geographic Indonesia pada Agustus 2011.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR