Nationalgeographic.co.id—Ternyata proses transportasi yang menggunakan ‘metode jadul’ pun hingga saat ini menjadi pilihan terbaik, terutama bagi para peneliti di Jepang yang baru-baru ini menemukan cara mengirim sampel sperma tikus untuk penelitian secara aman. Sumber daya genetik ini memang sangat berisiko besar, sehingga untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain diperlukan cara yang benar. Dengan tidak luput memperhatikan keamanan dan ketahanan dari kargo tersebut.
Pada umumnya, para peneliti seringkali mengirim sperma donor untuk penelitian mereka ke seluruh dunia. Cara pengiriman yang dilakukan sebelumnya mereka membekukan sperma dan menaruhnya ke dalam ampul kaca. Ampul kaca adalah botol kecil yang terbuat dari kaca.
Sayangnya, metode ini masih memiliki risiko, dimana botol kaca itu masih tetap berukuran cukup besar dan mudah pecah. Jika hal ini terjadi, otomatis sperma tersebut juga tidak dapat digunakan.
Melihat dari pengalaman ini, para peneliti di Jepang akhirnya mengembangkan sebuah metode yang menghilangkan risiko kehilangan sperma. Metode ini sebenarnya, bukan hal asing, karena metode ini sudah digunakan oleh banyak orang sejak lama. Yaitu mengirimnya melalui Pos.
Bagaimana caranya para peneliti ini mengirim sperma melalui Pos? Mereka tetap membekukan sperma tersebut. Lalu menempatkan sperma beku-kering itu pada selembar plastik di kertas timbang. Kemudian memasukannya ke dalam amplop tertutup. Dengan cara inilah para peneliti dapat mengirimkan sampel sperma itu melalui Pos.
Perlu diketahui, pemilihan lembaran plastik bukanlah cara yang aman bagi sperma. Meskipun lembaran ini tidak dapat pecah, ternyata lembaran plastik itu beracun bagi sperma. Akhirnya para peneliti pun menguji berbagai macam bahan untuk digunakan, termasuk diantaranya kertas saring dan lembaran vinil, tetapi tetap saja gagal. Pilihan berikutnya jatuh pada kertas timbang, dan berhasil. Kertas timbang menjadi pilihan terbaik. Sampel sperma yang beku-kering tetap layak bahkan setelah diambil.
Baca Juga: Invasi Tikus Mengambil Alih Pulau di Polinesia, Pelestari Bersiasat
Dilansir oleh Techexplorist.com, Daiyu Ito penulis pertama dari Universitas Yamanashi di Jepang ini mengatakan, “Ketika saya mengembangkan metode ini untuk mengawetkan sperma tikus dengan mengeringkannya di atas selembar kertas, saya pikir itu harusnya dapat dikirim melalui pos, dan begitu juga ketika keturunannya lahir setelah dikirim, saya sangat terkesan."
Dia melanjutkan, "Strategi surat pos ini lebih mudah dan murah dibandingkan dengan metode lainnya. Kami pikir sperma tidak pernah menyangka bahwa hari itu akan tiba ketika mereka berada di kotak surat.”
Hasil kajian Daiyu Ito tentang metode ini telah diterbitkan dalam Jurnal iScience pada 5 Agustus 2021 yang berjudul ‘Mailing viable mouse freeze-dried spermatozoa on postcards’.
Baca Juga: Tikus Kerdil Cina Punya Mata Buta, tapi Bisa 'Melihat' Pakai Telinga
Melalui metode baru ini, para peneliti akan dapat dengan mudah menyimpan ratusan bahkan ribuan sperma beku tikus dan menaruhnya ke dalam satu buku. Buku tersebut dijuluki sebagai “Buku Sperma”. Hal ini tentunya lebih memudahkan, tidak boros, dan tidak banyak menghabiskan ruang.
Untuk menjaga kualitas dari sperma tersebut agar dapat disimpan dan digunakan kembali dalam percobaan, maka buku sperma pun akan disimpan dalam freezer pada suhu -30°C.
Tim peneliti juga ingin menentukan apakah sperma akan tetap kuat dalam perjalanan bahkan menempuh puluhan mil, dan jawabannya ternyata benar, sangat memuaskan.
Baca Juga: Di Vietnam, Daging Tikus Menjadi Makanan Populer yang Digilai
Menurut penulis senior, Teruhiko Wakayama, juga dari Universitas Yamanashi di Jepang, mengatakan, “Sekarang diakui bahwa sumber daya genetik adalah aset bagi masa depan umat manusia. Meskipun banyak sifat genetik tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup, namun perlu untuk melestarikannya tergantung pada konteks lingkungan.
Metode pengawetan lembaran plastik dalam penelitian ini akan menjadi metode yang paling cocok untuk pengawetan yang aman dari sejumlah besar sumber daya genetik yang berharga karena ketahanannya terhadap kerusakan dan lebih sedikit ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan.”
Kemungkinan, semakin ke depan, buku sperma dan metode transportasi ini akan terus disempurnakan oleh para peneliti. Ini tentunya sangat mempengaruhi bidang mereka di seluruh dunia.
Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR