Ngengat mempunyai cara tersendiri dalam mengatasi ancaman predatornya, kelelawar. Ngengat hawk yang biasa ditemukan di Kalimantan misalnya, akan menggetarkan alat reproduksinya dengan tujuan mengacak sonar milik kelelawar.
Getaran ini membuat si ngengat "tidak terlihat" untuk sementara. Demikian hasil studi yang dilakukan Jesse Barber, ekolog tingkah laku di Boise State University, Amerika Serikat.
"Pada ngengat macan, grup ngengat yang diketahui menghasilkan suara anti-kelelawar, sinyal ultrasonik mereka memperingatkan rasa yang tidak enak, bahkan menghambat sonar kelelawar," kata Barber, Senin (8/7).
Untuk membuktikan bahwa ngengat hawk juga hasilkan suara ultrasonik anti-kelelawar yang sama dengan ngengat macan, Barber menggandeng Akito Kawahara --ahli biologi evolusi dari University of Florida. Mereka bereksperimen dengan tiga spesies ngengat: Cechenena lineosa, Theretra boisduvalli, dan Theretra nessus.
Ketiga spesies ini ditempatkan dalam alat yang dilengkapi tali pancing dan sedotan minuman. Di sini, kecepatan dan suara para ngengat direkam dengan kamera berkecepatan tinggi dan mikrofon. Digunakan juga speaker berteknologi tinggi yang bisa memainkan rekaman suara ultrasonik dari kelelawar.
"Kami menempatkan ngengat di depan speaker ultrasonik dan mikrofon. Kemudian kami putar suara kelelawar ke ngengat-ngengat ini dan lihat bagaimana perilaku mereka," ujar Kawahara, yang hasil studinya dipublikasikan pada Rabu (3/7) lalu di jurnal Biology Letters.
Benar saja, setelah mendengar suara kelelawar, ngengat-ngengat ini menghasilkan suara ultrasonik. Dengan bantuan kamera berkecepatan tinggi, maka bisa terlihat dari mana asal suara ini. Ternyata ngengat menghasilkan suara ultrasonik ini dengan cara menggesekkan alat kelamin. Perilaku ini ditemukan di ngengat jantan dan betina.
"Kami menduga bahwa suara ini digunakan untuk menghambat ekolokasi kelelawar dan memperingati para kelelawar," kata Kawahara.
Baca juga: Si Manusia Kelelawar, bersepeda dengan ekolokasi.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR