Sebagian besar cairan menjadi lebih padat saat semakin dingin, air menjadi sangat padat pada 39 derajat Fahrenheit, tepat di atas titik bekunya. Inilah sebabnya mengapa es mengapung ke atas gelas minum dan danau membeku dari permukaan ke bawah, memungkinkan kehidupan laut bertahan hidup di musim dingin.
Air juga memiliki tegangan permukaan yang luar biasa tinggi, sehingga memungkinkan serangga berjalan di permukaannya. Air juga memiliki kapasitas besar untuk menyimpan panas, menjaga suhu laut tetap stabil.
Dan penelitian kali ini mencoba mengungkapkan efek yang dapat mendukung aspek-aspek kunci dari asal usul mikroskopis sifat aneh air dan dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana air membantu fungsi protein dalam organisme hidup. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan di Jurnal Nature pada 25 Agustus 2021.
Baca Juga: Jika Seekor Ikan Sedang Kehausan, Apakah Dia Meminum Air Laut?
"Pertanyaannya apakah efek kuantum ini bisa menjadi mata rantai yang hilang dalam model teoretis yang menggambarkan sifat anomali air," ia menambahkan.
Setiap molekul air mengandung satu atom oksigen dan dua atom hidrogen, dan jaringan ikatan hidrogen antara atom hidrogen bermuatan positif dalam satu molekul dan atom oksigen bermuatan negatif dalam molekul tetangga menyatukan semuanya. Jaringan rumit ini adalah kekuatan pendorong di balik banyak sifat air yang tidak dapat dijelaskan, tetapi sampai saat ini, para peneliti tidak dapat secara langsung mengamati bagaimana molekul air berinteraksi dengan tetangganya.
Sementara itu, kolaborator Kelly Gaffney, seorang ilmuwan di Stanford Pulse Institute di SLAC mengatakan bahwa studi ini adalah yang pertama secara langsung menunjukkan bahwa respons jaringan ikatan hidrogen terhadap impuls energi sangat bergantung pada sifat mekanika kuantum tentang bagaimana atom hidrogen ditempatkan.
Baca Juga: Penelitian Terbaru, Terdapat Air Melimpah di Kerak Planet Ceres
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Nature,SLAC National Accelerator Laboratory |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR