Dalam sebuah ruangan tak berjendela di utara Virginia, ahli saraf Anthony Leonardo akan membuka pintu. "Cepat!" katanya. "Di sini ada ribuan lalat buah dan kami tidak mau mereka semua kabur." Lalat buah bukanlah subjek dari penelitian Leonardo, melainkan makanan bagi subjek utamanya: capung.
Leonardo mempelajari bagaimana capung menangkap mangsa dengan menggunakan perangkat yang sangat mini. Yakni berupa tas yang diletakkan di punggung capung dan berfungsi mencatat rekaman dari sistem saraf si capung kala mengejar makanan.
Leonardo dan koleganya bekerja di pusat riset Howard Hughes Medical Institute (HHMI) di Janelia Farm, Ashburn, Virginia. Lalat buah dan capung terbang di arena dalam ruangan namun dengan cahaya terang dan suhu lembab. Dengan demikian, capung akan merasa tinggal di ekosistem sebenarnya. Bahkan dindingnya pun dihiasi dengan foto mural yang menunjukkan lanskap di luar ruangan.
Ketika kamera dalam ruangan dinyalakan, Leonardo dan koleganya bisa melihat pergerakan dari capung. Melacak mereka saat melakukan manuver presisi dengan empat sayapnya. Bukanlah hal mudah bagi sebuah subjek menangkap subjek lain yang bergerak. Namun, ini bisa dilakukan capung dengan cukup mudah.
Meski demikian, dalam level saraf, ini membutuhkan kerja yang tidak demikian --sangatlah rumit. Capung mampu mendeteksi keberadaan lalat dan di saat bersamaan sangat fokus hingga akhirnya mendapatkan si lalat sebagai makanan. "Kita hanya mengerti sedikit mengenai bagaimana otak mengintegrasikan informasi sensorik dan motorik," ujar Leonardo.
Secara sederhana dijelaskan mengenai cara kerja tas punggung mini ini. Leonardo merekatkan kabel perak dan serat karbon untuk membuat antena. Kemudian memotong chip kecil warna hijau dan merekatkannya bersamaan. Barulah kemudian ditempelkan di bahu si capung.
Para peneliti yang terlibat berhasil mengurangi bobot tas ini dengan membuang batereinya. Dengan demikian, berat dari tas ini hanya sekitar 40 miligram, sama seperti saat capung ini membawa dua keping beras. Sehingga mereka tidak akan terlalu terganggu memakainya.
Tas ini juga memiliki kabel kecil yang terhubung dengan sistem neuronnya. "Saat binatang ini menampilkan perilaku menghalang yang cukup rumit, tas ini bertindak layaknya radio yang mengirim sinyal dari neuron ke komputer kami," jelas Leonardo.
Dalam pemikiran awal manusia, nampaknya capung ini menangkap mangsanya dengan tetap terbang di lajur visualnya lalu terbang mendekat. Kini, Leonardo berasumsi bahwa cara tubuh capung bekerja menentukan pergerakannya. "Ini kerja yang luar biasa," kata Adrienne Fairhall sebagai ahli saraf komputerisasi dari University of Washington.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR